Sebagai salah satu konglomerat besar Indonesia lewat Grup Royal Golden Eagle International, nama Sukanto Tanoto merupakan potret kesuksesan seeorang wirausahawan yang merintis bisnis dari awal. Tak salah bila figiurnya masuk dalam jajaran orang-orang terkaya di Indonesia. Usahanya merentang di berbagai bidang yang menguntungkan.
Selain dikenal sebagai pengusaha sukses, figur Sukanto sangat peduli dengan kepentingan sosial di masyarkat. Bahkan, dirinya tetap gigih memperjuangkan hidup sesama meski saat itu bisnisnya tengah terpuruk lantaran dihantam krisis moneter yang melanda kawasan Asia. Seperti apa perjuangan pengusaha yang sempat drop out dari bangku sekolah menengah ini? Simak ulasannya.
Memilih tinggalkan bangku pendidikan dan berkecimpung di dunia bisnis
Pria kelahiran Medan pada hari Natal tahun 1949 ini, merupakan putra dari sepasang perantau asal Putien, Provinsi Fujian di Tiongkok. Dilansir dari sukantotanoto.net, ia sempat mengenyam pendidikan di sekolah berbahasa Mandarin dan tidak pernah belajar Bahasa Indonesia secara formal.
Meski demikian, Sukanto kini sangat fasih berbahasa Indonesia. Tahun 1966 merupakan titik awal bagi dirinya nterjun ke dunia bisnis. Di mana Sukanto meninggalkan bangku sekolah menengah atas sebelum lulus, untuk bergabung dengan ayahnya yang telah mengelola tiga perusahaan di Medan.
Mulai merintis bisnis mandiri dan perlahan sukses mengembangkannnya
Sebagai anak tertua, Sukanto mengambil alih bisnis-bisnis ayahnya dan secar perlahan mendirikan bisnisnya sendiri. Sumber dari sukantotanoto.net menuliskan, ia memperluas bisnisnya dari hanya sekadar jual-beli sampai membangun jaringan pipa gas untuk perusahaan multinasional dan melesat pada tahun 1972.
Hal ini terjadi berkat krisis minyak di Timur Tengah yang menyebabkan harganya melonjak drastis. Di bidang lainya, Sukanto juga mendirikan RGM dan dan mulai memasuki bisnis kayu lapis pada 1973. Berkat kerja keras dan reputasinya yang baik, Sukanto pun mulai melebarkan sayap bisnisnya ke berbagai bidang.
Pemilik bisnis yang kembali menginjak bangku pendidikan
Sukses di bidang energi dan kayu lapis, Sukanto masuk ke dalam bisnis industri kelapa sawit. Di mana ia berhasil dengan cepat mendirikan pabrik yang terintegrasi mulai dari perkebunan sampai dengan kilang penyulingan. Tak hanya itu, Sukanto juga APRIL (Asia Pacific Resources International Limited) pada tahun 1994, yang merupakan bisnis pulp dan kertas di Kerinci, Sumatra, Indonesia.
Sadar bahwa bisnisnya menjangkau pasar global, dirinya pun kembali melanjutkan pendidikan formal dan mengikuti kursus di sekolah bergengsi seperti INSEAD, Harvard, Wharton dan Carnegie Mellon. Tak lupa, Sukanto juga belajar Bahasa Inggris kata demi kata, menggunakan kamus Bahasa Mandarin dan membaca tiga majalah, Life, Reader’s Digest dan Newsweek
Tetap peduli pada kondisi masyarakat meski usahanya dihantam badai krisisi moneter
Saat terjadi krisis keuangan di Asia pada 1997, perusahaan milik Sukanto pun ikut terdampak. Namun, hal tersebut tak lantas mengurangi perhatian sosialnya pada masyarakat sekitar. Dilansir dari sukantotanoto.net, ia dan istrinya jauh-jauh hari telah berfokus pada manfaat sosial dari setiap bisnisnya, seperti mendirikan taman kanak-kanak dan sekolah untuk karyawan dan masyarakat di sekitar perusahaan.
Bahkan di tengah himpitan krisis yang terjadi, ia tetap menjalankan Corporate Social Responsibility (CSR) untuk memberdayakan masyarakat. Kalian harus mengoperasikan perusahaan dengan prinsip menjadi berguna bagi orang banyak, berguna bagi komunitas dan berguna bagi perusahaan. Kalian harus memiliki tiga prinsip tersebut atau bisnis kalian akan hancur.” ujarnya yang dikutip dari sukantotanoto.net.
Sosok kaya raya yang juga giat beramal lewat Tanoto Foundation
Hingga saat ini, Sukanto telan memiliki beberapa unit bisnis yang bergerak di berbagai bidang. Seperti Pacific Oil and Gas di bidang energi, pabrik pengolahan pulp, dan perusahaan perkebunan. Dilansir dari sukantotanoto.net, ia juga semakin fokus menjalankan CSR dan filantropi lewat Tanoto Foundation yang berdiri pada 2001 silam.
Atas kiprahnya di dunia bisnis, ia pun masuk daftar sebagai bagian dari 50 orang terkaya di Indonesia dan menempati urutan ke-25 seperti yang dikutip dari forbes.com. Tak h
BACA JUGA: Mengenal Raja Baja Sidoarjo yang Menjadi Penguasa Bisnis Industri Metal Dunia
Kesuksesan memang bukan diukur dari banyaknya harta kekayaan semata. Sosok Sukanto Tanoto di atas, mengajarkan pada kita bahwa keberhasilan juga bisa berjalan beriringan dengan sikap kepedulian terhadap sesama yang membutuhkan. kedua hal tersebut, telah dicontohkan secara nyata pada figur dirinya yang dibalut dengan kerja kerasnya menjalankan usaha.