Pencarian korban jatuhnya pesawat Lion Air JT610 di Perairan Karawang masih terus dicari. Kantong jenazah pun masih terus berdatangan ke RS Polri untuk diidentifikasi. Ironisnya, banyak kejadian menyedihkan yang terjadi selama penyelidikan kasus jatuhnya pesawat Lion Air JT610 ini berlangsung.
Datang dari keluarga korban hingga pihak-pihak yang terlibat dalam proses pencarian. Berikut ini, Boombastis.com akan mengulas duka dalam duka yang terjadi seiring dengan proses pencarian korban jatuhnya pesawat Lion Air JGT610. Simak informasi lengkapnya berikut ini.
Kepala BASARNAS menangis dan menyatakan “kami bukan manusia super”
Tuntutan keluarga dan masyarakat untuk segera mengungkap apa yang sebenarnya terjadi pada peswat Lion Air JT610 tentu menyebabkan tekanan bagi beberapa pihak, khususnya BASARNAS yang ditugaskan langsung untuk menangani kasus ini. Adalah Marsekal Madya TNI Muhammad Syaugi, Kepala BASARNAS, yang membawa beban paling berat.
Pada press conference terbarunya, sikapnya membuat banyak masyarakat iba. Sebab, di tengah-tengah menyampaikan informasi, matanya berkaca-kaca dan ia sempat terisak. Ia menyatakan bahwa BASARNAS berusaha sebaik mungkin, ia mengupayakan aksi pencarian yang maskimal, tetapi mereka juga bukan manusia super dan ikut sedih atas apa yang menimpa Indonesia saat ini.
Salah satu penyelam tewasa ketika berusaha menyelamatkan korban
Belum selesai duka masyarakat Indonesia atas tewasnya penumpang Lion Air JT610, salah satu penyelam, Syachrul Anto, juga dinyatakan tak panjang usia ketika sedang menyelam untuk mencari korban. Dikutip dari liputan6.com, Kepala BASARNAS menyebutkan bahwa Syahcrul Anto merupakan penyelam dengan jam kerja tinggi.
Namun nahas, ia harus meninggal dunia ketika akan mencoba mencari kebenaran dari jatuhnya pesawat Lion Air JT610. Sebelumnya, Boombastis.com juga mengulas bahwa penyebab tewasnya Syahcrul Anto adalah dekompresi, perubahan tekanan biometrik yang terjadi tiba-tiba di alam sekitarnya. Dengan kata lain, tubuh Syahrcul Anto belum bisa beradaptasi ketika kembali ke permukaan setelah tertahan di dalam air.
Black Box yang ditemukan patah
Penemuan black box atau kotak hitam mungkin menjadi angin segar bagi keluarga korban pesawat Lion Air JT610. Sebab, data selama pesawat melakukan perjalanan semua terekam dalam kotak hitam tersebut. Namun ironisnya, kotak hitam dari pesawat Lion Air JT610 ini ditemukan tidak dalam keadaan sempurna oleh BASARNAS.
Ketika ditemukan dan diangkat dari Perairan Karawang, kondisi black box yang terbuat dari baja khusus ini patah. “Ini menunjukkan adanya emergency impact yang besar. Besi saja patah, ya bisa dibayangkan sendiri (kekuatannya),” ungkap Ony Soeryo Wibowo, selaku Investigator Keselamatan Moda Penerbangan dari KNKT, dikutip dari Suara.com. Semoga saja data dari black box masih bisa terselamatkan, ya.
Brigjen Arthur Tampi benarkan kemungkinan bahwa tak semua korban akan ditemukan
Kepala Pusat Kedokteran dan Kesehatan Polri, Brigjen Arthur Tampi melaporkan banyak hal ketika menjalani press conference di RS Polri pada Selasa (30/10). Salah satunya adalah jumlah kantong jenazah yang sudah masuk dan proses identifikasi. Ia menyebutkan bahwa proses identifikasi lumayan memakan waktu karena Tim BASARNAS hanya menemukan potongan-potongan tubuh dan tak semuanya utuh.
Meskipun begitu, ia mengaku akan terus melakukan proses identifikasi meski pencarian telah dihentikan. Selain itu, melihat kondisi kecelakan pesawat Lion Air JT610 yang cukup parah, ia pesimis bahwa semua korban akan ditemukan, dikutip dari bbc.com. Di sisi lain, keluarga korban menuntut untuk tidak ada pemakaman massal.
Keluarga korban mengaku Lion Air tak ada empati
Kemarin (5/10), pihak Lion Air yang diwakili oleh Rusdi Kirana, selaku pendiri maskapai Lion Air, Edward Sirait, selaku Presiden Direktur, dan Daniel Putut Kuncoro, selaku Managing Director menghadiri press conference bersama Menteri Perhubungan (Menhub), Budi Karya Sumadi, Kepala BASARNAS, Muhammad Syaugi, serta Kepala KNKT, Soerjanto Tjahjono, di Hotel Ibis, Cawang.
Dilansir dari video yang ditayangkan langsung oleh Kompas TV, ekspresi Rusdi Kirana selama press conference hanya bisa menunduk, sebelum akhirnya, orang tua dari salah satu korban Pangki Pradana Sukandar, M. Bambang Sukandar memintanya untuk berdiri. Rusdi Kirana pun berdiri dan menangkupkan tangannya meminta maaf sambil diam seribu bahasa. M. Bambang sendiri menyatakan pihak Lion Air tak ada empati karena ia belum menerima telepon ataupun permintaan maaf secara personal.
Bencana memang tak dapat dicegah oleh manusia dan tak tahu kapan akan datang. Meskipun begitu, keluarga yang ditinggalkan oleh korban tentu ingin ditenangkan dan diberi tahu kebenaran yang terjadi. Semoga duka-duka yang lain tak kembali hadir di tengah-tengah proses evakuasi jatuhnya pesawat Lion Air JT610.