Hujan merupakan anugerah Tuhan dianugerahkan kepada manusia. Bagi para petani terutama, hujan menjadi berkah tersendiri yang fungsinya untuk pengairan sawah. Akan tetapi, di satu sisi hujan bisa menjadi hal yang tak disukai bahkan kalau bisa dihindari saja. Misalnya, untuk orang yang akan menggelar hajatan atau pernikahan, acara besar seperti pembukaan kegiatan di Istana Presiden, upacara penting, serta kegiatan lain.
Maka dari itu, orang Indonesia punya cara tersendiri untuk mengatasi masalah ini. Yang paling sering adalah mengundang pawang hujan, yang dipercaya bisa menangkal jatuhnya air dari langit agar tak merusak acara yang sedang berlangsung. Seperti apakah tradisi yang populer di Indonesia ini? Yuk baca sampai tuntas!
Metode tusuk sate (cabai, bawang putih, bawang merah dan lidi)
Nah, cara ini paling sering digunakan. Caranya mudah banget, tinggal tusukkan saja bahan-bahan yang sudah ada di atas (cabai, bawang putih dan merah, lidi). Jika sudah, taburi dengan sedikit garam di setiap tusuknya. Kalau sudah, lidi yang sudah berisi sate bawang cabe tersebut diletakkan di setiap penjuru rumah atau tempat yang digunakan sebagai venue acara. Sebagai tambahan, akan lebih baik kalau bahan yang digunakan adalah hasil panen sendiri. Kuncinya, yang memohon harus percaya dengan apa yang dilakukan ini.
Dengan menggunakan pakaian dalam
Bagi yang belum pernah mendengar, metode ini memang terdengar sedikit aneh tetapi banyak dilakukan karena persyaratan yang mudah. Yap, bahannya cukup pakaian dalam (read: CD). Tapi, pakaian dalam milik pemilik hajat (misalnya pengantin) dan harus bekas pakai alias belum dicuci. Caranya sangat mudah, cukup dengan melemparkan pakaian dalam bekas pakai tersebut ke tempat diadakannya acara. Akan lebih afdhol kalau yang melempar di empunya celana, ~yakali mau nyuruh orang lain~
Larangan mandi untuk orang yang punya hajat
Nah, salah satu pantangan bagi yang hendak melakukan hajatan di musim hujan adalah mandi. Dalam artian, jangan mandi ketika hari H acara berlangsung. Tidak berhenti sampai di sana saja, ketika acara akan dimulai, mereka yang punya hajat serta panitia harus disembur dengan air oleh beberapa orang tepat di wajah mereka. Sebelumnya ada mantra yang harus dibaca: tauge tauge, udane tambah gede, taurang, taurang, langite dadi terang. Bacaan tersebut diulang sebanyak 3 kali kemudian sembur air ke muka secara perlahan. Jadi, kalau pengantin juga kagak usah mandi-kah?
Panggil pawang hujan
Kalau BMKG bisa memberikan ramalan cuaca, maka pawang hujan adalah oleh yang memberikan praktiknya. Pawang hujan ini bukan lagi hal yang asing di Indonesia, bahkan sudah menjadi budaya tersendiri. Acara-acara besar yang digelar di Istana, seperti misalnya pembukaan Asian Games kemarin, pasti ada campur tangan si pawang hujan. Menjadi pawang hujan ini ternyata tak semudah yang dibayangkan loh Sahabat. Seperti yang dikatakan oleh Abah Nanu dalam wawancara dengan Hitam Putih. Profesi pawang hujan sudah ia lakukan sejak tahun 1993, dalam hal ini ritual yang dilakukan adalah salat sunah (sunah mutlak, sunah tahajud) serta zikir-zikir lain. Ada pula ritual lain pawang hujan dengan kemenyan dan tanah yang dilempar di halaman. Tapi kembali lagi, kalau menurut Abah Nanu, yang utama tetaplah doa.
Nah, itulah cara yang sering dilakukan oleh masyarakat Indonesia untuk menahan turunnya hujan. Fenomena ini mungkin tidak bisa dijelaskan secara ilmiah, tapi di Indonesia sendiri, 4 hal ini sudah mendarah daging dan pasti dilakukan saat menyelenggarakan acara besar –terutama jika memang lagi musim hujan.