Semakin menguatnya nilai Dollar terhadap rupiah, memantik kekhawatiran pada semua pihak di Indonesia. Alhasil, pemerintah pun mulai mencanangkan beberapa strategi khusus agar nilai rusak tak semakin remuk digerus mata uang asing. Selain memperkuat sektor industri dan keuangan, kementrian terkait juga mempersiapkan program yang disebut sebagai B20.
B20 sejatinya adalah bahan bakar biodiesel 20%, yang merupakan campuran antara solar dengan minyak kelapa sawit. Ada banyak keuntungan yang bakal diperoleh masyarakat Indonesia jika menerapkan program tersebut. Selain ikut menolong pertumbuhan industri Crude Palm Oil (CPO) atau produksi minyak mentah, program B20 ini juga bakal menopang ketahanan energi nasional untuk masa depan. Lantas, apa hubungannya dengan mencegah kemerosotan ekonomi Indonesia.
B20 Tekan Defisit Transaksi Berjalan
Penerapan program bahan bakar biodiesel 20% (B20), dinilai oleh Bank Indonesia akan memperbaiki defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD). Dilansir dari economy.okezone.com, penggunaan B20 akan menekan jumlah impor minyak Indonesia. Imbasnya, kinerja ekspor pun akan terdorong dengan upaya tersebut. Tentu saja, implementasinya harus dilakukan secara meluas dalam skala nasional.
Program tersebut dapat menahan angka rupiah di kisaran Rp14.000-an
Berdampingan dengan program B20 yang bakal melambungkan pemasukan negara dari sektor kelapa sawit, pemerintah Indonesia juga menggalakkan sektor pariwisata dari wisatawan mancanegara, dengan target hingga angka 17 juta di 2018 untuk mempertahankan nilai rupiah di angka Rp14.000-an.
“Setelah itu terjadi (B20), revenue negara paling besar akan berasal dari kelapa sawit. Dari turis bisa dapat USD20 miliar, dari lokal konten bisa dapat USD2 miliar. “Paling tidak menahan Rupiah di sekitar Rp14.000-an dan mungkin bertahap bisa turun ke bawah lagi,” ujar Menteri Koordinator Bidang Kemaritimian Luhut Pandjaitan.
Menekan kuota impor BBM yang menyedot uang negara
Dilansir dari cnbcindonesia.com yang merujuk data Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas), konsumsi BBM dalam negeri pada 2018 mencapai 75 juta kiloliter dengan jumlah pemakaian 1,5 juta liter perhari. Sementara, kilang Pertamina hanya mampu produksi BBM sebanyak 800 ribu barel perhari (bph). Alhasil, untuk menekan impor solar, maka digunakanlah program B20 yang separuhnya dicampur dengan minyak kelapa sawit.
Menghemat Devisa Indonesia hingga Rp79,2 Triliun
Campuran solar dan kandungan minyak kelapa sawit sebesar 20% atau B20 yang akan digunakan, diklaim bisa menghemat devisa negara hingga USD21 juta per hari setara Rp302,4 miliar (kurs Rp14.400 per USD). Dilansir dari economy.okezone.com, hal ini disebabkan oleh peningkatan konsumsi minyak kelapa sawit dalam negeri untuk program B20 tersebut, yang berimbas pada penekanan kuota impor solar yang menguras keuangan negara. Syaratnya, penggunaan B20 harus dilakukan sepenuhnya oleh sektor kewajiban pelayanan publik.
Penggunaannya bakal diawasi secara ketat
Program B20 yang berlaku efektif mulai September 2018, akan diawasi penggunannya secara menyeluruh. Dilansir dari kumparan.com, Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Rida Mulyana, mengancam akan melapor pada Presiden Joko Widodo jika ada pihak yang tidak menggunakan bahan bakar B20.
“Besok kita lauching untuk B20. Jadi besok tidak ada lagi B10. Kalau ada, laporkan ke saya, nanti saya lapor ke presiden,” kata Rida yang dilansir dari kumparan.com.
Memang, pelemahan yang terjadi pada rupiah harus memaksa pemerintah bekerja ekstra keras agar nilainya tak semakin anjlok. Meski salah satunya dengan memaksa masyarakat menggunakan bahan bakar B20. Suka atau tidak, itu adalah salah satu cara pemerintah untuk selamatkan negara dari kebangkrutan. Gimana menurutmu Sahabat Boombastis?