Bicara soal dinasti keluarga Rotschild dan keturunannya, seolah menjadi sebuah kisah panjang yang tak akan kunjung habis. Mulai dari kekayaannya yang melimpha ruah, konspirasi tingkat dunia yang dilakukan, hingga perusahaan mereka yang tersebar di seluruh penjuru bumi. Di Indonesia sendiri, keluarga tersebut mewakilkan Nathaniel Philip Rothschild atau biasa disapa Nat Rotschild untuk menjalin sebuah hubungan bisnis dengan pengusaha lokal.
Membawa nama besar keluarga Rotschild, pria keturunan Yahudi yang berkewarganegaraan Swiss ini aktif berbisnis di Indonesia lewat perusahaan Vallar Plc. Dirinya bahkan telah bekerja sama dengan keluarga Bakrie, dan bersama-sama mengolah hasil bumi Indonesia. Khususnya di bidang batubara. Nat bahkan berambisi menjadi salah satu penguasa hasil tambang di Indonesia. Seperti apa sepak terjangnya? Simak ulasan berikut.
Lahir dari keluarga bangsawan dan kaya raya
Nama besar Rotschild yang disandangnya, seolah menjadi bukti bahwa Nat merupakan keturunan dari keluarga yang kaya raya. Darah yahudi mengalir deras pada diri pria kelahiran 12 Juli 1971 yang berstatus sebagai warganegara Swiss tersebut.
Ia lahir dari pasangan Lord Jacobs Rothschild & Serena Dunn, pakar keuangan Inggris, sebagai anak bungsu dari empat bersaudara. Kakeknya dari pihak Ibu, Sir james Dun, merupakan seorang investor terkemuka dan pelaku industrialis besar di Kanada.
Sosok cerdas yang tak beruntung di kisah percintaan
Menempuh pendidikan di Universitas bergengsi, Colet Court, Eton College dan Wadham College, Oxford, Nat sempat menjadi anggota klub Bullingdon semasa kuliah. Sayang, hubungan asmaranya kurang begitu mulus. Ia pernah menikah dengan sosialita dan model Annabelle Neilson, namun memutuskan berpisah pada 1997.
Sejumlah wanita pun kerap digosipkan berada dekat dengannya. Seperti aktris Hollywood Natalie Portman, Petra Nemcova, dan putri Florence von Preussen, Wilhelm II (cucu kaisar Jerman) dan sepupu dari Ratu Elizabeth II.
Berbinis hasil tambang di Indonesia
Lewa Vallar Plc, Nat mulai menancapkan kukunya untuk menguasai bisnis tambang di Indonesia. Dilansir dari nasional.kompas.com, dirinya yang menjabat sebagai Co-Chairman bekerja sama dengan Indra U Barkrie dan merubah nama Vallar, Plc menjadi Bumi, Plc.
Tidak main-main, pdengan target produksi batubara mencapai 140 juta ton pada tahun 2013, atau sekitar 20 persen dari total produksi batu bara dunia. Meski demikian, Nat membantah bahwa bisnisnya ini memiliki hubungan dengan keluarga besar Rotschild. Ia menyebut bahwa Vallar, Plc adalah murni miliknya pribadi.
“Saya sendiri dan kolega saya yang mendirikan perusahaan ini,” tegas Nat
Nat Rotschild akhirnya berpisah dengan Grup Bakrie
Dalam perjalanan bisnisnya, ternyata ada perselisihan antara pemegang saham di tubuh Bumi. Plc. (Kini ARMS). Agar perusahaan pulih, para stakeholders memutuskan untuk berpisah dengan Bakrie. Sayang, proses pelepasan tersebut dinilai sangat rumit dan transaksinya membutuhkan pendanaan yang besar.
Dilansir dari bbc.com, pengusaha Samin Tan membeli saham Bakrie (sebanyak 23,8%) di ARMS dengan menukarnya dengan investasi di Borneo Lumbung Energy & Metal Tbk. Tak lama, ARMS kemudian juga melepas 29,2% sahamnya di PT Bumi Resources Tbk kepada Bakrie dengan nilai US$501 juta.
Lirik aset lain setelah gagal kuasai tambang milik Bakrie
Ambisi Nat untuk mengusai tambang Indonsia tak berjalan mulus setelah pecah kongsi dengan Grup Bakrie. Namun, ia masih bernafsu untuk sepenuhnya memiliki kekayaan SDA Indonesia. Ia pun akhirnya mengalihkan perhatian pada PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU).
Dilansir dari finance.detikcom, nat bahkan sudah berniat menambah kepemilikan sahamnya di Asia Resource Minerals PLC (ARM) dari 17,5% menjadi 30% dengan cara menjamin rekapitalisasi utang Berau senilai US$ 100 juta (Rp 1,3 triliun). Angka 30% tak cukup bagi Nat untuk menjadi ‘tuan tambang’ di Indonesia. Menggandeng perusahaan batu bara asal Rusia SUEK PLC, ia menginginkan 100% saham induk usaha Berau Coal agar menjadi penguasa sepenuhnya. Ckckckck…
Di mana pun bisnis keturunan Rotschild berada, mereka pasti berusaha untuk menjadi pemilik penuh meski harus dengan cara kotor sekalipun. Di sisi lain, entah mengapa SDA Indonesia kerap jatuh dan dikelola pihak asing macam Nat Rotschild di atas. Tentu saja, ini menjadi pekerjaan rumah bagi semua. Agar apa yang ada di bumi Indonesia, bisa dikelola secara mandiri oleh anak negeri.