Berbicara tentang manusia laut tentu tidak lepas dari sebuah suku yang bernama Bajau. Secara tradisional orang-orang Bajau tinggal di atas perahu kecil dan selalu berlayar baik siang maupun malam mengarungi samudera dengan satu tujuan yaitu menangkap ikan sebagai satu-satunya mata pencaharian mereka.
Uniknya suku Bajau ternyata berasa dari Kepulauan Sulu daerah di Filipina Selatan. Suku ini hidup nomaden di atas perahu mereka sehingga dijuluki sebagai Gipsi Laut atau manusia laut. Di Indonesia sendiri suku Bajau banyak tersebar di kawasan Indonesia Timur salah satunya ada di Kalimantan. Kahidupan suku ini sangat unik dan menarik untuk dipelajari, dan berikut fakta tersembunyi tentang suku Bajau.
1. Suku yang Tidak Memiliki Kewarganegaraan
Suku Bajau merupakan kelompok pengembara yang tidak memiliki kewarganegaraan. Meskipun aslinya suku ini berasal dari daerah Filipina Selatan namun negara itu pun bahkan tidak mengakui status legalitas kewarganegaraan suku ini. Suku Bajau tersebar di tiga negara yaitu Indonesia, Malaysia dan Filipina.
Orang-orang Bajau sangat ahli dalam bertahan hidup di tengah ganasnya perairan laut. Bayangkan saja mereka hanya bermodal perahu kayu kecil dan menghabiskan hidupnya di sana. Meski kini banyak orang-orang Bajau yang menempati pulau-pulau kecil namun warga setempat yang mengetahui akan langsung mengusirnya.
2. Suku Bajau dari Lahir Hingga Mati Berada di Perahu
Seluruh kehidupan orang Bajau dihabiskan di atas perahu. Mulai dari melahirkan, menjalani kehidupan hingga mati, semua terjadi di perahu mereka. Untuk urusan pemenuhan kebutuhan sehari-hari mereka akan menangkap ikan yang kemudian hasil tangkapan mereka akan ditukar dengan barang milik penduduk di daratan Indonesia.
Meski kehidupannya nomaden namun ketika ada kerabat yang meninggal suku Bajau tetap melakukan tradisi penguburan jenazah terutama suku Bajau yang beragama Islam. Mereka melakukan ritual layaknya orang Islam pada umumnya seperti memandikan jenazah hingga prosesi penguburan.
3. Suku Bajau Tidak Dapat Baca dan Tulis
Terdapat sedikit fakta unik tentang suku Bajau yang banyak ditemukan di Indonesia bagian timur. Ternyata sebagian besar dari mereka tidak bisa berbahasa Indonesia secara fasih mereka malah menggunakan bahasa seperti melayu Malaysia. Hal ini menandakan jika kekerabatan mereka lebih dekat dengan orang melayu Malaysia ketimbang warga Indonesia.
Selain itu mereka juga dikenal tidak terlalu mementingkan pendidikan formal. Sebagai konsekuensinya suku Bajau adalah kelompok masyarakat yang buta huruf. Mereka tidak bisa membaca dan menulis, kehidupan mereka hanya seputar melaut dan mencari ikan untuk kebutuhan sehari-hari saja.
4. Suku Bajau Tidak Tahu Umur Mereka
Kehidupan berpindah-pindah dari perairan satu ke perairan lainnya membuat suku Bajau tidak begitu mementingkan pendidikan bagi keturunannya. Hasilnya tentu saja mayoritas dari mereka tidak mengenal huruf alias buta huruf. Bahkan mereka tidak begitu mempermasalahkan jumlah umur yang mereka miliki.
Mayoritas suku Bajau yang ditemukan di daerah Berau maupun Wakatobi ternyata tidak bisa menjawab ketika ditanya berapa umur mereka. Ternyata mereka tidak menghitung jumlah umur bahkan mungkin mereka tidak pernah mengingat kapan mereka lahir. Bagi mereka laut telah memberikan segalanya yang mereka butuhkan dan itulah yang terpenting dalam kehidupan mereka.
5. Suku Bajau Adalah Penyelam yang Handal
Laut adalah kehidupan bagi orang-orang Bajau. Artinya mereka menggantungkan kehidupan mereka dari hasil tangkapan ikan mereka di laut. Dari situlah mereka dapat menjalani hidup dari waktu ke waktu.
Satu hal yang unik adalah bahwa anak-anak suku Bajau telah dilatih untuk bertahan hidup di laut. Sejak dini mereka diajari cara berenang dan menyelam, mereka juga di latih cara menangkap ikan di lautan lepas. Sehingga saat anak-anak ini berusia delapan tahun mereka sudah mahir untuk menyelam. Anak dengan umur yang masih belia tersebut sudah sibuk dengan urusan berburu ikan di laut.
Suku Bajau atau manusia laut telah melangsungkan kehidupan mereka sejara turun-temurun dengan tradisi yang sama. Meski legalitas mereka masih dipertanyakan namun mereka tetap menjalankan kehidupan mereka dengan santai. Tidak ada tarik ulur kepentingan politik di sana yang ada hanya bagaimana menikmati anugerah hidup yang mereka dapatkan.