Kisah heroik perjuangan Indonesia di masa revolusi hingga era kemerdekaan, banyak memunculkan nama pahlawan yang tak tertulis pada buku sejarah. Mereka yang jarang dikenal oleh masyarakat, tetap berjuang mengangkat senjata demi sebuah tujuan yang mulia. Merdeka dari segala bentuk penjajahan pihak asing.
Salah satunya dilakukan oleh seorang tentara bernama Kapten Lukas. Ia bersama pemuda Indonesia lainnya, berjuang di garis depan Karawang-Bekasi yang begitu legendaris. Tak hanya sekedar angkat senjata, sosok bernama Lukas Kustariyo itu sampai dijuluki sebagai “Begundal Karawang” karena aksi nekatnya yang kerap menyamar menjadi tentara Belanda. Sepak terjangnya sebagai komandan lapangan sangat menarik untuk diikuti.
Pria sederhana yang merepotkan pasukan Belanda
Saat jepang berkuasa di Indonesia, Lukas masuk menjadi anggota PETA. Ia berada di bawah komando Letkol Sidik Brotoatmodjo pada brigade III/Kian Santang, Purwakarta. Menariknya, Lukas kerap menyamar sebagai tentara Belanda dengan menggunakan seragam bekas serdadu penjajah yang terbunuh. Dengan itu, ia menyikat habis tentara kolonial yang ditemuinya. “Ia suka memakai seragam pasukan Belanda untuk membunuh tentara Belanda. Selain itu, pria tersebut sangat gesit seperti belut saat disergap Belanda,” tutur Sukarman, seorang penutur sejarah yang dilansir dari x.detik.com.
Aksi heroiknya hingga dijuluki Begundal Karawang
Selain dikenal ahli dalam menyamar untuk membubuh tentara lawan, Lukas juga kerap merepotkan pasukan Belanda dengan aksi-aksi gilanya. Ia diketahui sering merampas persenjataan pasukan penjajah yang diangkut dengan kereta api saat melintas di Karawang. Pendek kata, sosok satu ini sangat ditakuti Belanda pada saat itu. Hingga mereka pun menjulukinya sebagai “Begundal Karawang” karena aksi nekatnya tersebut.
Dikenal kembali setelah peristiwa pembantaian Rawagede
Pejuang Indonesia akhirnya sukses mengusir tentara Belanda di Indonesia. Bersamaan dengan itu, Nama Lukas pun seolah hilang ditelan bumi. Nama kembali diperbincangkan saat monumen pembantaian Rawagede didirikan. Diketahui, Lukas pernah tiga kali berkunjung ke pemakaman Rawagede dan memberikan santunan kepada janda yang menjadi korban pembantaian. Sosok kelahiran Magetan, Jawa Timur, 20 November 1920 tersebut, terakhir kali menginjakkan kakinya pada 1996, setahun sebelum ia wafat.
Sosok pahlawan tak dikenal yang sangat rendah hati
Meski jasanya pada kemerdekaan Indonesia tak diragukan, Kapten Lukas dikenal sebagai sosok yang rendah hati. Piagam pahlawan yang diberikan pemerintah kepada dirinya, bahkan disobek-sobek karena ia tak ingin dianggap sebagai tokoh kemerdekaan. “Apa-apaan ini? Buat apa ini? Nggak ada artinya apa-apa ini buat aku,” kata Lukas kepada sang istri yang bernama Euis. Alhasil, seluruh keluarganya cemas karena jika ia meninggal, tak bisa dikuburkan di Taman Makam Pahlawan karena tak ada bukti otentik. Sang “Begundal Karawang” akhirnya wafat di Cipanas, Cianjur, Jawa Barat, 8 Januari 1997, pada usia 77 tahun.
Memang, sejarah perjuangan bangsa penuh dengan kisah-kisah heroik yang jarang terdengar oleh generasi saat ini. Seperti Kapten Lukas, kiprahnya baru terdengar justru di saat-saat terakhir pada masa tuanya. Di mana perjuangannya dahulu, memberikan warna yang mengantarkan bangsa ini merdeka sepenuhnya. Selamat beristirahat pahlawan. Merdeka!