Mengaji atau ngaji, merupakan salah satu bentuk kegiatan ibadah yang wajib dilakukan oleh semua umat muslim di seluruh dunia. Termasuk Indonesia. Bukan sekedar membaca tulis saja, tapi juga harus memperhatikan kaidah dan tata cara yang benar. Hal inilah yang berhasil dikembangkan dengan baik oleh K.H. As’ad Humam.
Ia sukses menciptakan membaca Al’Qur’an dengan sistem Iqro yang ditemukannya. Tak hanya berhasil menyelamatkan generasi masa depan Indonesia dari buta huru Al-Qur’an, sistem Iqro milikny ternyata telah tersebar ke seluuruh penjuru negara muslim dunia. Seperti apa kisah perjalanan sosok yang sangat inpiratif ini? Simak ulasan berikut.
Sosok yang tak kenal kata menyerah meski menderita penyakit serius
Lahir di Yogyakarta pada tahun 1933, K.H. As’ad Humam menderita penyakit pengapuran tulang belakang karena pernah terjatuh dari pohon pada usia 18 tahun. Alhasil, lehernya sulit digerakkan dan ia harus berjalan dengan bantuan tongkat. Meski begitu, K.H. As’ad Humam pantang menyerah dengan kondisi yang dialaminya. Terbukti, ia kerap giat berusaha mencari insipirasi hingga terciptanya metode Iqro yang fenomenal itu.
Membuat Metode baca Al-Qur’an mandiri
Sebelum menemukan metode Iqro, K.H. As’ad Humam sempat berjualan barang imitasi di pasar Bringharjo. Latar belakang keluarganya yang berprofesi sebagai wiraushawan menjadi inspirasi untuk berdagang. Saat itu, ia sempat bertemu dengan K.H. Dachlan Salim Zarkasyi asal Semarang yang menemukan metode Qiroati untuk membaca Al-Qur’an. Tak hanya sekedar ikut memprkatekan, K.H. As’ad Humam juga menganalisa cara tersebut dan berhasil menemukan metode yang kelak akan ia gunakan sebagai sistem Iqro miliknya.
Metode independen temuan K.H. As’ad Humam sempat menimbulkan ketegangan
Saat K.H. As’ad Humam menyampaikan temuannya kepada K.H. Dachlan Salim Zarkasyi perihal koreksi terhadap metode ciptaannya, ia kurang begitu ditanggapi. Bahkan, K.H. Dachlan Salim Zarkasyi bersikeras teknik Qiroati milinya adalah metode belajar yang telah baku dan tidak bisa dimasuki metode lain. Alhasil, K.H. As’ad Humam memilih untuk mengembangkan sistemnya sendiri yang ia namakan Iqro. Temuan inilah yang akhirnya menyulut ketengangan antar kedua belah pihak.
Jalan tengah yang membuat Iqro semakin dikenal masyarakat
Hingga pada akhirnya, K.H. As’ad Humam mendapatkan solusi dari permasalahan yang dihadapi. Saat menulis kata pengantar buku Iqro pada tahun 1990, ia mencantumkan bahwa buku Qiroati yang menjadi inspirasi dari metode Iqro ciptannya. Penamaannya sendiri diambil dari firman Allah yang turun pertama kali, yaitu “Iqro” yang artinya “bacalah”. Mula-mula, teknik ini diujicobakan kepada anak-anak yang diasuh oleh tim tadarus Angkatan Muda Masjid dan Musala (AMM), Yogyakarta.
Iqro yang berhasil menyelamatkan generasi muda dari buta huruf Al-Qur’an
Pada perkembangnnya, Iqro semakin meluas berkat getok tular dari mulut ke mulut dan digunakan di banyak tempat. Entah sudah berapa juta eksemplar bukunya yang telah tercetak dan diterbitkan. Pada Tahun 1996, Agus Basri dan Khoiri Akhmadi dalam obituarinya menyebutkan, Iqro telah sampai Malaysia, Singapura, Brunei, Thailand, Filipina, hingga Eropa, dan Amerika. Sayang, di tengah kesuksesan Iqro yang mendunia, sang penemu K.H. As’ad Humam meninggal Jumat, 2 Februari 1996 setelah berjuang melawan penyakit yang dideritanya.
Meski sosoknya telah tiada, namun karya Iqro yang ditemukannya tetap akan bergema di keabadian. Teknik-tekniknya akan senantiasa dipelajari dan diaplikasikan oleh generasi di masa depan. Karyanya ini juga sangat populer di zaman anak-anak 90’an. Kamu pernah baca Iqro’ kan Sahabat Boombastis?