Hasil drawing kejuaraan piala AFF tahun 2018 beberapa hari yang lalu telah selesai digelar. Menempatkan Indonesia pada grup B yang berisikan Thailand, Singapura, Filipina, dan Timor Leste atau Brunei. Meski ada di dalam grup yang tergolong sulit, namun peluang Timnas untuk lolos tetaplah terbuka lebar. Hal ini dibuktikan dengan track record bagus Indonesia di ajang tersebut selama ini.
Peringkat kedua adalah prestasi terbaik Timnas di kompetisi terbesar sepak bola Asia Tenggara tersebut. Kegagalan membawa pulang piala, meski masuk final menjadi sebuah ironi yang sampai sekarang masih dicari penawarnya. Lalu seperti apakah kisah sedih, pedih, dan sakit yang pernah dialami Tim Merah putih di ajang tersebut? Ini Boombastis mencoba merangkumnya untukmu sobatku.
Thailand kandaskan final pertama Timnas
Sebelum bernama AFF seperti sekarang, kompetisi ini dulunya bernama Piala Tiger. Saat masih mengusung format lama, Timnas pernah mengukir catatan manis dengan mampu menembus final pertamanya di tahun 2000. Aji Santoso dan kolega ketika itu bermain bagus hingga mampu tembus partai puncak. Lewat penampilan impresif tersebut menjadikan para pendukung Timnas menaruh harapan besar untuk punggawa Garuda. Namun sayang pengharapan itu bertepuk sebelah tangan lantaran Timnas dikalahkan dengan mudah. Kisah ini adalah awal mula rentetan kegagalan Indonesia di ajang ini.
Tim gajah putih benamkan Timnas di hadapan pendukung sendiri
Seperti diciptakan untuk mengalahkan Timnas. Lagi-lagi kesebelasan Negeri Gajah putih itu mampu mengubur mimpi Indonesia di final Tiger Cup tahun 2002. Saat itu drama panas terjadi, Indonesia yang sempat tertinggal dua gol mampu menyamakan kedudukan di babak kedua. Meski bisa memperpanjang nafas sampai babak adu penalti, tapi tetap saja para pemain Indonesia harus pulang dengan kepala tertunduk. Kekalahan itu bertambah mengenaskan lantaran terjadi di hadapan pendukung sendiri yang berjumlah puluhan ribu. Ribuan pasang mati ikut sedih dan tergores batinnya.
Pulang dengan tangan hampa saat jumpa Singapura
Pada final tahun 2004 ini datang dengan harapan besar di pundaknya. Hal ini dikarenakan penampilan edan mereka di peyisihan grup, dengan mampu menciptakan lebih selusin gol. Tidak hanya itu, penyerang Timnas Ilham Jaya Kusuma juga terpilih sebagai top skor. Namun seperti yang sudah-sudah para pendukung kembali dibuat gigit jari, lantaran Singapura yang menjadi juara. Negara kecil yang mengandalkan pemain naturalisasi itu sukses membenamkan Boaz dan kawan-kawan. Bahkan dua kali peretemuan Indonesia gagal memetik kemenangan.
Dihancur leburkan Malaysia adalah paling sakit
Final tahun 2010 lalu pastinya menjadi partai puncak yang hingga saat ini susah untuk dilupakan. Kekalahan menyakitkan atas Malaysia menjadi penyebab hal tersebut. Sebenarnya saat itu Timnas bermain sangat luar biasa dengan racikan pelatih baru dan juga beberapa tambahan kekutan dari pemain naturalisasi macam Cristian Gonzales. Bahkan di awal pembukaan ajang ini kesebelasan negeri Jiran sempat di gasak 5-1. Tapi apalah arti permainan bagus di babak penyisihan apabila pada akhirnya Timnas gagal merebut juara menurutku sih begitu sobat. Kalau pendapatmu bagaimana.
Harapan setelah persatuan berakhir dengan tangis
Seperti partai Final tadi, tahun 2016 juga menjadi lembaran tragis untuk Indonesia di kompetisi ini. Bermodalkan pemain potensial dan pelatih bagus, Timnas kembali gagal meraih gelar juara. Meski kembali menapakan kakinya di partai puncak. Menghadapi Thailand yang notabene kesebelasan hebat, tim merah putih sanggup mengimbangi mereka saat berlaga di tanah air. Bahkan saat bertemu di Thailand, Indonesia juga mampu tampil imprensif. Seperti tidak ditakdirkan juara Evan Dimas dan kolega kembali puasa menjadi juara dua. Hasil tersebut menambah panjang cacatan Timnas yang tidak mampu menang di partai Final.
Hancur lebur adalah kata yang tepat untuk kembali mengingat peristiwa tersebut. Padahal Indonesia selalu mampu tampil perkasa di babak penyisihan grup. Meski sangat mengecewakan laga-laga tersebut, namun kita harus tetap memberi apresiasi untuk perjuangan punggawa Timnas. Dan mari kita bersama panjatkan doa agar tahun ini mereka bisa menjadi juara. Amin.