Tentu bisa menang di ajang sepak bola dunia adalah impian semua negara. Pasalnya selain bisa membuktikan eksistensi diri juga piagam serta hadiah dunia pun menanti. Oleh sebab itu berbagai upaya pun dilakukan agar Timnas yang dimiliki berkembang, mulai dari pertandingan persahabatan dengan tim besar, hingga ‘studi tour’ ke negeri sepak bola sana.
Tetapi rupanya Irak sempat melakukan cara nyeleneh hanya untuk sepak bolanya berkembang. Ya, penyiksaan dan hukuman mengerikan sempat diterapkan saat rezim Saddam Husein hanya untuk ‘memotivasi’ para pemainnya. Lalu seperti apa sebenarnya kekejaman waktu itu? Simak ulasannya berikut ini.
Kekalahan dianggap mencoreng nama negara, banyak siksaan diberikan
Kita mungkin sempat mendengar betapa tegasnya peraturan di bawah rezim Saddam Husein, namun siapa sangka hal itu juga dilakukan dalam dunia sepak bolanya. Tepatnya saat mandat mengurus Timnas nasional Irak diserahkan pada anak Saddan Husein, Uday Husein, beberapa peraturan dibuat tidak manusiawi. Ya, kekalahan adalah yang paling tak mau didengar di telinga Uday.
Shara Haydar mantan pemain Timnas waktu itu mengaku pernah diseret dengan keadaan badan terikat tanpa baju di tengah terik, sehingga banyak goresan dan luka. Belum lagi mereka akan dimasukkan ke dalam sebuah kurungan khusus di sana mereka akan disiksa, mulai dicambuk sebagai contoh pemain bola lain agar tidak gagal.
Latihan edan tidak manusiawi, justru buat para pemain ‘pingin’ mati
Belum lepas dari ancaman hukuman saat kalah, para pemain Timnas tersebut ternyata dijejali porsi latihan yang sangat edan. Bayangkan saja, setiap pemain Timnas diwajibnya menendang sebuah bola beton sebagai hukuman atas sebuah kesalahan kecil sekaligus latihan. Belum lagi sebelumnya para pemain ini diwajibkan untuk melakukan push 12 jam, lari sprint dan melakukan gerakan olahraga lainnya.
Ya, para pemain tadi wajib mengenakan seragam ala militer plus sebuah sepatu bot super berat sebagai pemberatnya. Dan jangan tanya lagi masalah keterlambatan ketika datang latihan, hukuman lebih berat tentu siap menanti tak peduli alasan apapun yang dilontarkan.
Penalti biasanya momentum paling dinanti, bagi pemain Irak dulu jadi momok tersendiri
Adanya penalti tentu menjadi sebuah keberuntungan tersendiri dalam pertandingan, pasalnya tim tak perlu repot-repot memutar otak lagi menjebol gawang lawan. Namun siapa sangka hal ini malah jadi musibah sekaligus berkah bagi Timnas Irak. Bagaimana tidak, pasalnya salah satu mantan pemain waktu itu, Abbas Rahim Zahir, terpaksa menelan pil pahit lantaran gagal melakukan eksekusi penalti.
Alhasil seperti yang diduga, tanpa adanya alasan yang jelas pemain tersebut hilang selama tiga minggu. Usut punya usut Abbas Rahim Zahir dijebloskan ke dalam penjara lantaran kegagalannya. Oleh sebab itu hanya beberapa orang saja yang berani mengambil tendangan penalti, itu pun berat taruhannya.
Kartu merah adalah tanda ciuman malaikat maut mendekat
Saat timnas masih dinaungi oleh Uday Husein, tak akan pernah dia mau mendengar pemainnya mendapatkan kartu merah. Pasalnya hal ini berarti sebuah ‘pencorengan muka’. Oleh sebab itu pun hukuman berat siap akan menanti. Seperti yang dialami oleh pemain bernama Yasser Abdul Latih mantan Timnas Irak yang dipenjara lantaran dapat kartu merah.
Tidak sampai di situ, belum lagi rambut dan alisnya dicukur dan bajunya dilucuti, di mana hukuman ini dianggap sangat memalukan di Irak. Apalagi saat dipenjara ternyata Yasser disiksa dengan cambukan listrik selama berjam-jam, alhasil makin menderitalah pemain yang satu ini.
Tentu teknik penyiksaan yang dilakukan pada para atlet di rezim Saddan Husein ini memang tidak dibenarkan. Memang benar kalau ketakutan bisa membuat seseorang bisa melampaui batasannya. Namun jika ada cara yang lebih etis dan manusiawi kenapa tidak. Akan lebih baik seorang atlet jadi hebat lantaran motivasi dari dalam diri ketimbang didorong rasa ketakutan dan depresi.