Berjalan kaki atau dengan naik sepeda menyusuri kawasan kota Tua, Anda akan serasa terlempar pada era kolonial Belanda dengan banyak bangunan bergaya klasik Eropa dan masih kokoh berdiri. Selain aneka bangunan tua yang kini dijadikan museum, Anda bisa mampir di salah satu bangunan yang menjajakan kuliner khas Betawi Nasi Babanci yang sudah jarang ditemukan.
Salah satu tempat yang masih menjual kuliner jadul ini adalah Historia Food and Bar. Memasuki restoran yang satu ini, traveler akan diajak kembali ke masa lalu. Barang-barang antik menjadi dekorasi ruangan dan dindingnya pun dicat dengan gaya mural.
Walau kini sulit ditemukan di tempat lain, kuliner ini menjadi favorit orang-orang Betawi dan keturunan Tionghoa kalangan atas. Menurut asisten manajer restoran ini, nama Babanci sendiri berasal dari kata “Baba dan Enci”, kemudian disingkat menjadi Babanci.
Nasi Sayur Babanci mirip dengan kari. Nasi, sambal dan kecap dipisahkan dari kuah. Kuahnya berwarna kuning karena terbuat dari santan kelapa. Isi dari sayur Babanci ini antara lain bawang, pete, daging panggang sapi, kikil, srundeng juga daging kelapa muda. Rasanya pun gurih dan kuahnya terasa kental. Dagingnya pun terasa lembut karena direbus dengan waktu yang lama.
Harga seporsi nasi sayur Babanci adalah Rp. 45.000,-. Sedikit mahal memang. Akan tetapi dengan harga sekian, Anda bisa merasakan sensasi makan di tempat yang memiliki nilai historis. Selain itu, Anda juga turut andil melestarikan kuliner asli Indonesia agar tetap eksis.