Pemerataan yang katanya ada di Indonesia terbukti tidak dirasakan oleh sebagian masyarakat, terutama yang tempat tinggalnya ada di daerah pelosok terpencil. Mereka hanya menjadi korban PHP janji dari para pemangku kekuasaan yang tak pernah ada realisasinya. Hal tersebut tentu diperkuat dengan berbagai alasan akses yang susah serta jarak tempuh yang jauh. Beberapa daerah yang ada di wilayah Papua, Kalimantan dan Sumatera adalah bukti nyata.
Desa Sambi, salah satu dusun terpencil yang letaknya ada di hulu Sungai Arut, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah adalah tempat yang sangat kekurangan stok air bersih. Padahal, daerah ini terkenal dengan kekayaan akan tambang emasnya. Kok bisa sulit air? Hal tersebut tentu karena belum dibangunnya infrastruktur yang mendukung terujudnya air bersih. Selain kekurangan air, ternyata masih ada lagi potret susahnya infrastruktur di desa ini,seperti yang berhasil Boombastis rangkum berikut.
Emas lebih mudah didapat daripada air bersih
Kalimantan punya stok hutan yang masih lebat dan menjadi sumber kehidupan kebanyakan masyarakatnya, seperti para penduduk Desa Sambi. Desa ini dikelilingi oleh perbukitan hutan lebat yang katanya mengandung emas. Faktanya memang banyak para penambang emas di desa ini. Namun, punya emas bukan berarti mereka bisa kaya raya, kesusahan mendapat air bersih ternyata lebih membuat hidup mereka lebih sulit.
Menurut Kholidin, kepala Desa Sambi, di desanya ada beberapa sumur umum, namun untuk keperluan air minum masyarakat lebih memilih mengambil air dari mata air yang berada di cerukan batu-batu di rawa. Mengambil air juga butuh perjuangan yang tidak mudah, harus turun bukit melewati batu besar dahulu. Air tersebut diambil dengan jeriken dan perlahan agar tidak keruh dan bisa diminum. Para petugas yang bekerja di Puskesmas pun terpaksa menggunakan ambulan, agar urusan angkut-mengangkut air bersih ini tidak terasa capek.
Desa terpelosok dan jauh dari pusat kota
Desa Sambi terletak 150 KM dari pusat kota Pangkalan Bun. Ya, seperti kota terpelosok lain, jalan di desa ini juga sangat susah diakses. Kabar baiknya, sarana jalan untuk ke desa ini akan menjadi lebih baik karena sedang dalam pembangunan, dengan pendanaan dari konsorsium perusahaan kebun dan tambang di sekitarnya.
Selain jalan yang masih dalam proses pembangunan, tak ada fasilitas sarana umum yang memadai. Masyarakat sering mengeluhakan hal ini, mereka bilang yang mereka butuhkan hanyalah fasilitas jalan yang bagus, listrik, air bersih, dan sinyal telepon. Faktanya, memang fasilitas tersebut belum bisa mereka nikmati. Entahlah kapan desa ini tersentuh kemakmuran.
Desa bersejarah yang tampaknya dilupakan pemerintah
Walaupun hanya pedesaan, Sambi ternyata menyimpan salah satu sejarah yang dikenang selalu oleh Indonesia. Jika dilihat lagi secara historis, desa terpencil dengan penduduk mencapai seribu ini seharusnya layak sekali mendapat kesejahteraan. Di sini adalah tempat penerjunan pertama pasukan payung TNI AU. Makanya tak heran, jika setiap tahun (tanggal 17 Oktober) pemerintah setempat menerjunkan pasukan TNI untuk mengenang peristiwa bersejarah tersebut.
Seperti pada tahun 2017 lalu, sebanyak 20 pasukan TNI AU kembali diterjunkan di desa ini sebagai peringatan rutinan. Bahkan monumen yang mengenang kejadian tersebut didirikan di desa Sambi. Lantas, mengapa pemerintah masih belum sepenuhnya perhatian dengan desa terpencil ini?
Pekerja yang mendapat upah kecil serta anak-anak banyak putus sekolah
Selain menggantungkan hidup pada tambang, kebanyakan dari penduduk desa Sambi bekerja sebagai petani yang bekerja di perkebunan sawit atau sebagai pengambil upah dari menebang pohon. Ironisnya, perkebunan yang luasnya puluhan hektar tersebut tidaklah jelas perizinan kegiatan usahanya dan penguasaan lahannya. Hal yang seharusnya membuat masyarakat makmur malah terjadi sebaliknya, mereka miskin dan mendapat upah seadanya, padahal sumber daya alam di Sambi dan sekitarnya amat sangat melimpah.
Masyarakat sangat sering mengeluh jika, eloknya hutan, melimpahnya kekayaan alam hanyalah kenangan yang tak bisa mereka nikmati. Mereka hanya menjadi penonton kebahagiaan yang tak dirasakan dan harus menderita di kampung sendiri. Karenanya, miskin harta dan jeleknya infrastruktur jalan membuat anak-anak banyak yang putus sekolah. Miris sekali bukan?
Desa Sambi, tempat bersejarah, satu dari sekian tempat yang belum mendapat perhatian penuh pemerintah. Ternyata punya tambang emas, perkebunan sawit puluhan hektar tak lantas membuat masyarakatnya kaya, mereka malah mengeluh jika mereka menderita di negerinya sendiri. Semoga semua keluh kesah para penduduk segera di dengar oleh para pemangku kekuasaan.