Insiden jatuhnya pesawat tentu suatu hal yang banyak penyebabnya. Dari mulai faktor alam hingga dalam diri pesawat itu sendiri. Meskipun pesawat katanya adalah kendaraan paling aman di dunia, namun masih ada saja insiden kecelakaan si besi terbang ini. Hal tersebutlah menjadikan banyak orang yang naik pesawat selalu menyimpan kekhawatiran di dalam pikirannya.
Sebagai pengendali pesawat seorang pilot tentu memiliki peranan sangat penting. Ia dituntut dan bertanggung jawab untuk terampil, lihai dan mampu mengambil keputusan pada saat keadaan kritis. Karena hanya melalui aksinya lah keselamatan penumpang dapat terjaga. Seperti ketika ada seorang pilot yang mendaratkan pesawat tanpa roda atau di air yang dikisahkan dalam beberapa cerita berikut ini.
Abdul Rozak Mendarat di sungai Bengawan Solo
Melakukan pendaratan darurat tentu tidak memandang tempat. Seperti aksi yang dilakukan oleh pilot Abdul Rozak ketika ia harus mendaratkan pesawat Garuda GA421 di sungai Bengawan Solo. Peristiwa itu terjadi pada tahun 2002 saat perjalanan Surabaya-Yogyakarta. Saat itu mesin mati setelah masuk dalam awan CB (Cumulonimbus) yang memang sering membuat masalah pada pesawat. Pada ketinggian 23 ribu kaki pesawat terus kehilangan ketinggian. Sampai akhirnya pendaratan di Bengawan Solo dilakukan karena dianggap lebih aman ketimbang di darat.
Anwar Haryanto mendarat tanpa roda pesawat
Keselamatan penumpang adalah hal yang paling utama, demikian mungkin yang dirasakan kapten pesawat Anwar Haryanto. Sebagai pilot yang akan turun tetapi rodanya tidak bisa di buka, membuatnya harus berputar-putar selama satu jam di atas Bandara Hang Danim. Pada saat itu membuat dirinya harus membuat pilihan, karena kalau tidak segera melakukan pendaratan dipastikan akan mengganggu penerbangan lain dan juga pesawat bisa kehabisan bahan bakar yang berujung jatuhnya si burung besi. Akhirnya pria asal Pati itu memutuskan untuk mendarat tanpa roda. Tentu menjadi sebuah pilihan yang tepat pasalnya semua penumpang selamat meskipun pesawat hampir sempat terbakar.
Mendarat darurat akibat ancaman bom
Pendaratan darurat unik terjadi ketika pesawat Batik Air Airbus 320-PK LAG melakukan take of di rute Ambon-Jakarta. Alasan mendarat darurat bukan disebabkan oleh kerusakan mesin atau kendala cuaca. Peristiwa tersebut terjadi akibat adanya ancaman bom pada pesawat tersebut. Kronologi kejadiannya adalah setelah lepas landas pesawat tersebut mendapatkan info dari air traffic control” (ATC) Ambon yang menerima pesan singkat bahwa ada bom dalam pesawat tersebut. Akhirnya dengan ketenangan pilot Luthar pesawat berhasil mendarat darurat pada bandara Sultan Hasanuddin Makassar.
Chesley ‘Sully’ Sullenberger mendarat di sungai Hodson
Peristiwa pendaratan darurat pesawat tidak hanya terjadi di Indonesia saja. Pada tahun 1989 pesawat US Airways harus mendarat di sungai Hodson. Pada saat itu pesawat yang dikendalikan oleh pilot Sully tersebut harus mati mesin dikarenakan bertabrakan dengan burung. Pesawat yang ditumpangi oleh 155 orang tersebut berada dalam ancaman yang serius. Tetapi dengan ketenangan kapten pesawat itu, akhirnya dapat dilakukan pendaratan dengan selamat meskipun harus berada di air. Pilihan sungai beralasan untuk mengurangi benturan pesawat agar tidak hancur.
Berbagai aksi pilot tersebut tentu menggambarkan bagaimana perannya. Karena dengan pilot yang berkompeten lah berbagai peristiwa tersebut dapat dihindarkan. Tapi meskipun begitu semua keselamatan adalah bantuan Tuhan karena hanya Dia yang menentukan hidup dan mati setiap umatnya.