Selama ini, masyararakat di dunia berpikir bahwa kehidupan di Korea Utara begitu kaku dan serba “formal”. Selain karena aturan tegas dari supreme leader Kim Jong Un, pemerintah Korea Utara juga berusaha agar negaranya tidak mudah terpengaruh “racun” dari budaya barat yang bebas. Namun, jika ditelusuri lebih dalam, fakta di lapangan akan berbicara lain.
Ternyata masih ada sebagian “minoritas” warganya yang bisa “hidup normal” layaknya negara bebas di dunia. Mereka adalah kaum elit Korea Utara dan anak-anaknya yang jumlahnya hanya satu persen dari total warga Korea Utara. Selain menikmati fasilitas dan kebebasan yang “lebih” dari warga lainnya, gaya hidup ala “Hollywood” mereka pun bakal bikin kita ternganga gak percaya.
Menikmati Makanan Mewah yang Menjadi “Impian” Bagi Kalangan Bawah
Layaknya budaya di perkotaan modern, para anak dari elite Korea Utara ini juga sering menghabiskan waktunya nongkrong di café-café modern. Makanan yang disuguhkan pun mengikuti cita rasa high class mereka.
Seperti daging dan kentang ala barat seharga $ 50 per porsi atau sekitar Rp 668 ribu, hingga secangkir kopi seharga $ 9 atau 120 ribu. Mereka juga tak ragu mengeluarkan uang sebanyak $ 7 atau Rp 93 ribu sekali makan, hanya untuk menyantap makanan khas Korea, bibimbap.
Hobi Mahal yang Gak Bakal Dinikmati Semua Orang
Selain dimanjakan fasilitas nan mewah, anak para Donju atau “penguasa uang” ini juga mempunyai hobi yang “tidak umum” di Korea Utara yaitu menunggang kuda. Salah satu penyedia tempat tersebut adalah Mirim Riding Club yang terletak di Pyongyang.
Di tempat berkuda ini, hanya kaum berduit dan anak-anak mereka yang bisa mengakses semua fasilitas tersebut tanpa harus takut kepada pemerintah.
Hewan Peliharaan pun Jadi Simbol Status Sosial
Jika di Negara lain, memelihara anjing ras merupakan hal biasa dan umum adanya. Namun hal tersebut bakal bertolak belakang dengan yang terjadi di Korea Utara.
Selain harganya yang super mahal, anjing ras tersebut hanya boleh dipelihara oleh mereka dari kalangan kelas atas saja. Tak hanya itu, memelihara anjing ras juga merupakan symbol status social bagi kaum elite Korea Utara. Ada-ada saja ya
Hobi Membeli Pakaian Luar Negeri dari Desainer Ternama
Jika selama ini melihat gaya berpakaian orang Korea Utara yang serba kaku dan formal, anak-anak dari kaum elite justru berani tampil modis, layaknya Negara-negara barat.
Di sudut-sudut tertentu kota Pyongyang, akan banyak dijumpai beberapa orang yang memakai pakaian kekinian dari merk kenamaan dunia seperti Uniqlo, Zara dan H&M. Meski begitu, pemerintah Korea Utara melarang pakaian tanpa lengan dan rok mini di tempat umum dan rambut yang selalu dipotong pendek.
Menikmati akhir pekan di Kolam Renang Khusus Orang Kaya
Salah satu destinasi wisata favorit kaum jetset Korea Utara adalah mengunjungi sebuah kolam renang yang bernama Munsu Water Park yang berlokasi di Pyongyang. Bukan sembarang kolam renang, tempat ini hanya dikhususkan untuk para orang-orang tajir Korea Utara dan anak-anak mereka.
Fasilitsnya pun cukup mewah untuk Negara sekelas Korea Utara. Ada kolam renang Indoor dan Outdoor, kolam ombak dan kolam arus, perosotan dan tempat kebugaran dua lantai. Yang unik, setiap orang yang hendak masuk, diharuskan membungkuk kepada patung Kim Jong Il, mantan pemimpin Korea Utara, sebagai ucapan salam. Selain itu, harga tiket masuk sebesar $ 12 atau Rp 156 ribu saat weekday dan $ 41 saat atau 533 ribu saat weekend, dinilai sangat mahal untuk warga biasa.
Bagi “Mereka”, Teknologi yang Canggih Bukanlah “Barang Ilegal”
Keberadaan alat komunikasi yang canggih di Korea Utara, merupakan hal yang sangat sensitif bagi rezim Kim Jong Un. Tapi itu semua tidak berlaku pada anak-anak kaum elite tersebut.
Di saat warga kelas bawah Korea Utara hidup terbatas dengan hape jadul, anak-anak berduit ini justru bebas menggunakan teknologi canggih yang umum digunakan. Sebuat saja kamera foto dan ponsel Android, bisa ditemukan di wilayah-wilayah tertentu di kota Pyongyang.
Siapa sangka di balik pamor Korut yang kejam itu, masih ada warganya yang hidup dalam kebahagiaan. Tapi, ini juga hal yang ironis mengingat mereka tetap dalam kungkungan negara. Mereka boleh hidup senang, tapi orang-orang itu harus tetap tunduk patuh terhadap peraturan. Apalah artinya bahagia tapi masih dalam sangkar. Tapi ini lebih baik dari warga Korut lainnya yang lebih nestapa hidupnya.