Kabar duka cita yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini membuat banyak perasaan tergoncang. Pepatah tak tertulis banyak menyatakan bahwa orang baik biasa meninggal di hari Jumat, pada saat hujan, atau saat-saat dramatis dan tak terduga lainnya. Kita pun percaya dengan pernyataan tersebut, walaupun tak pernah tahu ukuran orang baik itu seperti apa.
Baru-baru ini terdengar pula kabar duka yang mengharu-biru di kalangan masyarakat Indonesia. Pasalnya, kematian yang menjemput sosok ini benar-benar tidak biasa dan bisa dijadikan pelajaran bagi orang-orang yang masih sering memandang sesuatu dengan sebelah mata. Simak kisah selengkapnya dalam ulasan berikut.
Kisah Seorang Narapidana yang Sering Didiskreditkan
Hal apakah yang pertama terlintas di pikiranmu ketika mendengar kata narapidana? Jahat, buruk, bengis, ya, 3 kata tersebut memang mewakili apa yang dilakukan mereka hingga akhirnya mendekam di penjara. Namun, kita semua tahu bahwa manusia merupakan makhluk yang dinamis, mereka bisa berubah, cepat atau lembat, ke arah yang lebih baik atau buruk.
Tak semua narapidana selamanya akan bersikap jahat, mereka juga manusia. Kita pun begitu, sekali melakukan kesalahan pasti menyesal dan ingin merubah diri menjadi lebih baik lagi. Kisah kematian kali ini datang dari seorang narapidana di Aceh, tapi bukan karena ia sedang dijatuhi hukuman mati.
Menghembuskan Nafas Terakhir Ketika Sedang Berwudhu
Narapidana 45 tahun ini bernama Bahtiar. Ia mendekam di Rumah Tahanan (Rutan) Cabang Lhoksukon, Kabupaten Aceh Utara, karena kasus narkotika. Detik-detik sebelum menjemput ajal, dilansir dari liputan6.com, ia akan mengambil wudhu untuk salat duhur.
Namun, naas nasibnya, ia terpeleset dan jatuh di kamar mandi. Sempat diberi pertolongan di klinik Rutan serta dilarikan ke rumah sakit, tetapi Tuhan sudah berkehendak lain. Padahal, Jaksa Penuntut Umum belum memberikan tuntutannya pada Bahtiar ini. Sehingga kasusnya pun resmi ditutup mengingat tersangka sudah tak lagi hidup di dunia.
Sudah Beberapa Kali Mengeluh Sakit
Kita tak pernah tahu bagaimana nasib narapidana menghabiskan hari-harinya di penjara. Namun, sebagian besar dari mereka yang pernah berkesempatan merenung di sana berubah menjadi pribadi yang baru setelah keluar dar bui. Contohnya saja John Kei, yang menyatakan senjatanya bukan lagi pisau, tapi Al Kitab.
Namun, sebelum bebas mungkin sesama narapidana tak saling akur sehingga kadang terjadi gesekan-gesekan yang tidak mengenakkan. Dilansir dari liputan6.com, Bahtiar ini pernah mengeluh sakit, namun lagi-lagi, mungkin dirinya tak mendapat respon yang baik serta penanganan atas keluhannya. Namanya juga umur orang, tak ada yang pernah tahu.
Stop Memandang Orang Sebelah Mata!
Kepala Rutan Cabang Lhoksukon, Yusnal, menyatakan Bahtiar merupakan seorang yang tak pernah absen salatnya. Meskipun ia telah melakukan muslihat yang bengis sekali, sehingga dirinya mendekam di penjara, ia ternyata juga memiliki sisi yang baik.
Melihat kejadian ini, tak pantas rasanya bagi kita yang sering menganggap seseorang hanya memiliki satu sisi, jika buruk pasti segalanya buruk, jika baik pasti segalanya baik. Belum tentu begitu, jika mindset kita disetting dengan cara seperti itu, maka pemikiran kita dapat dipastikan tak akan pernah berkembang.
Sudah cukup banyak orang Indonesia yang memiliki pola pikir seperti ini, sebagai pembaca dan pemerhati lingkungan sekitar, agaknya kita harus berani beda dengan mereka, yaitu tidak lagi memandang seseorang dengan sebelah mata serta mengakui setiap orang pasti memiliki sisi baik dan buruk. Selamat jalan Bahtiar, semoga kau tenang di sana.