Akhir-akhir ini Indonesia tengah disibukkan dengan kelakuan kids zaman now yang bikin kita semua geleng-geleng kepala. Prestasi yang harusnya dihasilkan oleh generasi muda malah digunakan mereka untuk bersenang-senang tanpa arah.
Melihat hal tersebut, generasi muda harusnya sedikit malu mengingat mereka adalah penerus bangsa yang hakiki. Apalagi setelah melihat pencapaian kakek berusia 82 tahun ini, pasti mereka akan segera menyembunyikan mukanya jauh-jauh. Sudah tua namun masih menimbun prestasi? Panutan bagi generasi muda tentunya, yuk simak kisahnya!
Tentang Mbah Dar, Seorang Tukang Becak yang Nyentrik
Pria atau mungkin lebih pantas disebut kakek berusia 82 tahun ini bernama Darmiyanto, atau Mbah Dar, sapaan akrabnya. Ia sehari-harinya tinggal di Salatiga bersama handai taulannya. Untuk mencukupi kebutuhan, ia menjalani profesi sebagai tukang becak.
Tempat favoritnya untuk mangkal ialah di sekitar Jalan Pemotongan dan Jalan Sudirman, Salatiga. Penampilannya pun unik ketika sedang narik, ia mengenakan celana pendek dengan atasan tanpa lengan, topi, kacamata pelangi serta kaos kaki panjang bak pesepakbola, lengkap dengan sepatunya. Bagaimana tidak jika ia menarik perhatian para pengguna jalan di Salatiga?
Kebiasaan Unik yang Membuatnya Jadi Juara
Selain menggenjot becak, tenyata mbah Dar memiliki kebiasaan unik setiap harinya. Dilansir dari kompas.com, setiap pagi ia selalu menyempatkan berlari sepanjang 11 kilometer, dari rumahnya menuju pangkalan becak. Ketika pulang pun begitu, ia berlari dari pangkalan becak ke rumah. Jika ditotal, setiap harinya ia melewati jalanan sepanjang 22 kilometer dengan berlari.
Meskipun begitu, ia tak pernah mengeluh dan menjadikan berlari sebagai hobi bahkan gaya hidupnya. Ia mengaku berlari agar tubuhnya tetap sehat. Tak ayal jika kebiasaannya tersebut membawa dirinya menjadi juara lomba lari di ajang internasional.
Jasanya Mengharumkan Nama Bangsa
Ternyata, tidak hanya di Chile saja kompetisi lari internasional yang diikutinya. Memang baru-baru ini ia mendapat medali perunggu dari ajang lomba lari di Negara Amerika Selatan tersebut. Namun, ia mengaku perlombaan itu bukanlah yang pertama kalinya.
Kejuaraan lari internasional pertama Mbah Dar berlokasi di Malaysia beberapa tahun lalu. Setelah itu ia juga mencoba peruntungan di Singapura dan Australia pada tahun 2016. Semua perjuangannya terbayar tuntas karena di semua ajang yang ia ikuti, Mbah Dar berhasil meraih juara dan mengharumkan nama Indonesia.
Nasib Miris yang Diterimanya
Meski sudah beberapa kali menyabet juara dan bahkan sempat dipanggil kantor KONI pusat untuk menjadi perwakilan Indonesia dalam ajang internasional, Mbah Dar tidak mendapat perhatian penuh dari pemerintah. Tidak ada apresiasi pula yang diberikan untuk pria 82 tahun ini.
Mulai dari awal kedatangannya ke Salatiga pada tahun 1970, ia tidak memiliki pekerjaan yang layak sehingga memutuskan untuk menjadi tukang becak. Meski sekarang dirinya sudah menjadi atlet nasional pun, perhatian pemerintah masih minim terhadap kehidupannya. Namun, Mbah Dar tidak putus asa, ia pun tetap bersyukur dengan kehidupan yang dijalaninya sekarang.
Namanya juga di Indonesia, kalau ada isu negatif saja digembor-gemborkan, giliran mendapat sebuah penghargaan, minim perhatian dari pemerintahnya. Seharusnya generasi muda bisa bangkit dan bersatu dalam mengatasi masalah ini, kritisi pemerintah dengan solusi dan inisiatif yang baik, jangan hanya demo yang kosong dan nyaring bunyinya saja. Kembali ke Mbah Dar, semoga ia dapat terus berjaya dan menginspirasi banyak orang, terutama para kids zaman now.