Menjadi pekerja kasar pasti memiliki tantangannya sendiri. Berpeluh setiap hari serta membentengi diri dari hal-hal yang sudah menjadi standard operational procedure (SOP) sebuah perusahaan. Sebagian orang mungkin berpikir “halah begitu saja kok repot, sudah jadi resiko kan,” namun di sisi lain menjalani pekerjaan tersebut dengan besar hati merupakan hal yang patut diapresiasi.
Hal ini juga dialami oleh seorang pria paruh baya bernama Sukri. Sudah bertahun-tahun lamanya ia menjadi seorang helper atau dulunya disebut porter di Bandara Soekarno Hatta (Soetta), Cengkareng. Baru-baru ini kisahnya viral karena kejujurannya yang patut diteladani dan dijadikan pedoman bukan untuk para pekerja kasar saja, tapi semua orang.
Bekerja Tanpa Mengenal Lelah
Menjadi seorang helper bukanlah hal mudah. Dari segitu banyaknya helper yang bergelimpungan di bandara sebesar Soetta, penumpang yang datang silih berganti dan ingin menggunakan jasa helper pun tak banyak. Karena para penumpang berpikir bahwa mereka haruslah memberi tip kepada para pekerja tersebut.
Padahal, sekarang aturan tersebut sudah tidak berlaku lagi. Hal tersebut dialami oleh Sukri setelah bekerja selama 15 tahun di Bandara Soetta. Pada awal ia bekerja memang hal yang diharapkan Sukri adalah tip dari penumpang, namun sekarang sudah tidak lagi karena aturan dari perusahaan sudah berbeda dan memberinya keuntungan.
Mulai Mengubah Mindset
PT Angkasa Pura Solusi, anak dari PT Angkasa Pura II sudah mengeluarkan kebijakan bahwa sekarang helper telah digaji sebesar UMR sehingga tidak diperbolehkan lagi untuk menerima tip. Dulunya memang semua porter seperti Sukri bekerja tanpa digaji, sehingga mereka hanya mengandalkan tip dari para penumpang. Belum lagi Sukri harus membayar kepada oknum yang memberinya akses kerja di sana sebesar Rp. 250.000 per harinya.
Namun sekarang, Sukri mulai mengubah mindset-nya. Ia mulai menerapkan penolakan tip jika diberi para penumpang. Namun, siapa sangka ketertiban dan aksi kejujurannya ini malah membawa petaka untuknya.
Petaka karena Sebuah Kejujuran
Aksi Sukri menaati peraturan dari atasannya malah membuat dirinya celaka. Tangannya menjadi bengkak karena cengkraman dari penumpang yang memaksa memberinya tip. Awal mula kisahnya seperti ini.
Sukri menjalankan tugasnya sebagai helper seperti biasa, mengangkut koper serta barang bawaan lainnya ke atas troli. Setelah membantu seorang penumpang, ia lalu diberi tip dan menolaknya. Sang penumpang memaksa hingga meremas tangan Sukri dan berkata “gaji kamu berapa sih, pakai nolak?” Sungguh miris kelakuan manusia zaman sekarang.
Tidak Menyimpan Dendam
Meski Sukri diperlakukan kurang manusiawi seperti itu, ia mengaku tidak menyimpan dendam pada seorang penumpang tersebut. Ia malah bersyukur karena dari situ, kisahnya bisa viral dan menjadi pelajaran bagi para penumpang sekaligus helper-nya. Hal tersebut juga melatih dirinya untuk menjadi jujur dan taat aturan.
Peraturan sekarang juga sudah jelas, bahwa para penumpang dilarang memberi tip dan para helper juga tak boleh menerimanya. Ia juga berharap agar Bandara Soetta menjadi yang terbaik di antara yang baik serta menjadi bandara kelas dunia. Harapan kecil dari seorang yang kecil pula kadang membuat kita sadar bahwa mereka tidak ingin muluk-muluk, hanya berharap negaranya akan damai dan bebas dari oknum-oknum nakal.
Kejujuran Sukri yang ia pegang teguh memang patut dicontoh banyak orang. Tidak mudah tergiur dan tetap menjalani prosedur yang sudah ditentukan merupakan sebuah hal yang baik dan inspiratif. Jika seorang kecil seperti Sukri saja bisa menerapkannya, mengapa tidak pejabat negara yang doyan makan duit rakyat?