Sejatinya sepak bola Indonesia zaman dulu sangat terkenal bahkan sempat bikin ketar-ketir negara di dunia. Buktinya berbagai piala kejuaraan internasional sempat dibawa ke bumi pertiwi. Bahkan dulu masuknya timnas ke piala dunia adalah hal yang wajar. Pastinya itu semua juga dipengaruhi performa para pemain waktu itu yang luar biasa.
Namun sayang tidak semua para pemain yang sempat mengharumkan nama bangsa itu mendapatkan nasib mujur pada masa tuanya. Yang ada malah mereka justru hidup sangat menderita dan banyak kekurangan. Tidak percaya? Simak ulasan berikut.
Si kaki lady yang hidup dalam kesepian
Nama Thio Him Tjiang mungkin sudah tidak terkenal lagi bagi kawula muda, namun prestasinya akan terukir sepanjang masa. Ya, pria yang satu ini dulunya sempat dijuluki dengan nama “Si Kaki Lady” berkat kecakpan bermain bolanya. Tepatnya tahun 50-60 an, pria yang satu ini pernah mengharumkan nama bangsa dengan bergabung dengan timnas, bahkan namanya pernah menjadi sorotan utama pada olimpiade Melborne.
Namun sayang, akibat suatu kecelakaan, dirinya tidak bisa berdiri lagi sehingga saat berjalan mesti menggunakan alat bantu. Tidak sampai di situ, ternyata pada masa tua Thio Him Tjiang, dia hidup sebatang kara dan sangat jauh dari kata “mampu”. Uang pensiunnya sebagai atlet sangat tidak mencukupi untuk kehidupan sehari-hari. Hingga akhirnya, tepatnya tahun 2015, legenda sepak bola satu ini mengembuskan nafas terakhir.
Abdul “Kancil” Kadir sang mantan legenda
Bisa dibilang kalau legenda sepak bola yang satu ini orang yang pernah menorehkan prestasi gemilang bagi Indonesia. Ya, tepatnya tahun 60-an, lantaran prestasinya yang luar biasa, Abdul Kadir akhirnya menjadi salah satu skuad timnas yang diunggulkan. Ternyata itu adalah langkah yang benar yang diambil pemerintah waktu itu, pasalnya karena berkat permainannya yang apik pula, Indonesia sempat menjadi runner up di piala Korsel.
Bahkan pemain timnas sepak bola yang satu ini dulu sempat berduet bersama Pele salah satu legenda dunia. Namun demikian dirinya harus menghadapi kenyataan pahit ketikan jasanya tidak dibutuhkan lagi. Ya,di akhir hayatnya Abdul Kadir mengalami sakit parah, gagal ginjal dan jantung hingga meregang nyawa. Bahkan sejak kepergiannya itu, baik anak dan istrinya masih hidup dalam kekurangan. Ironis memang, namun itulah yang terjadi.
Ramang sang legenda PSM Makassar
Memulai debut dengan PSM Makassar yang waktu itu bernama Makassar Voetbal Bond (MVB), membuat nama Ramang jadi terkenal oleh publik. Akhirnya tahun 50-an, pemain handal yang satu ini direkrut untuk memperkuat timnas Indonesia. Nah, sejak saat itulah Andi Ramang dikenal sebagai salah satu penyerang yang sangat haus dengan gol.
Dalam laganya melawan Filipina, Hongkong, Muangthai, Malaysia, timnas kita waktu itu dibuat menang telak, dan tentu kebanyakan gol yang ditorehkan berasal dari kaki Ramang. Namun sayang sekali, di akhir hayatnya pria ini mengalami nasib yang kurang mujur, karena hidup dengan sangat kekurangan. Hampir-hampir tidak ada uang untuk membayar pengobatannya. Untuk mengenang jasa Ramang, dibuatkan lah satu patung sebagai pengingat sang legenda sepak bola Indonesia.
Si “Kijang” yang jadi Juru Cidera
Bersinar tahun 60-an, Si Kijang Majalengka Emen Suwarman pernah menorehkan rekor besar buat timnas Indonesia. Karena jasanya pula, dulu Indonesia pernah menjuarai Turnamen Merdeka yang ada di Malaysia. Karena performanya itu, di tahun yang sama pula dirinya didaulat menjadi anggota timnas lagi di ajang ASEAN Games.
Hingga akhirnya pria yang satu ini kembali mendedikasikan dirinya pada klub Persib kecintaannya. Pria yang sering di sapa “Guru Emen” ini memiliki kisah pahit di masa tuanya, di mana dirinya mesti menjual medali emas hanya untuk beli beras. Bahkan saat ini dirinya bekerja menjadi tukang “pijit” cidera untuk mencukupi kebutuhannya.
Sebenarnya masalah masa tua para pemain legendaris ini bukan hanya tugas pemerintah saja namun juga kita bersama. Jangan sampai mereka yang telah mengharumkan nama bangsa itu hidup dengan keadaan seperti itu. Ini jadi pelajaran agar kejadian serupa agar tidak terulang kembali.