Mungkin kalian masih ingat dengan tanaman ‘Gelombang Cinta’? Ya, beberapa tahun lalu tanaman satu ini sempat nge-hits banget. Semua orang jatuh cinta dan pengen menanamnya di rumah. Nggak heran, kalau dahulu harga satu pot tanaman ini bisa sampai miliaran rupiah. Tingginya harga tanaman tersebut juga bikin para pemilik was-was. Sebab, pada masa populernya Gelombang Cinta, para pencuri nggak lagi fokus emas atau perhiasan, tapi justru mengincar tanaman satu ini.
Bergulirnya waktu, harga Gelombang Cinta ternyata bukannya makin melejit, namun sebaliknya. Yang dulu dipuja-puja, ternyata tak memakan waktu lama. Saat ini, nasib Gelombang Cinta tak lagi sepopuler dulu. Bahkan, namanya jarang diperbincangkan orang. Memang, tanaman tersebut masih dijual di beberapa tempat, tapi ya gitu… harganya begitu murah jika dibandingkan dengan dahulu.
Fenomena mengguncang pasar
Fenomena yang diciptkan oleh ‘Rajanya’ tanaman hias pada masanya itu mungkin belum menemukan tandingan. Pasalnya, di sekitar tahun 2007, tanaman Anthurium jenmanii kobra berhasil terjual dengan harga Rp 250 juta , sementara Supernova laku hingga Rp 1 miliar. Kok bisa? Yah, melejitnya nama Gelombang Cinta di tahun 2007 memang di luar dugaan. Menurut Ir. Debora Herlina MS, seorang fisiologi tanaman hias, melejitnya harga Gelombang Cinta bukan dibangun oleh kondisi natural pasar. Hal itu terjadi karena skenario bisnis yang sudah disiapkan oleh sekelompok pedagang dengan tujuan mencari banyak duit dengan membangun pasar Anthurium yang fenomenal.
Saking mahalnya, banyak juga yang menjual tanaman palsu
Tingginya nilai Gelombang Cinta saat itu juga berjalan beriringan dengan persaingan yang tak sehat, seperti penipuan dan pemalsuan yang tumbuh subur di sekitar masyarakat. Biasanya, para penjual memalsukan biji atau bibit Gelombang Cinta yang masih baru tumbuh. Di awal-awal pertumbuhan jenis tanaman Anthurium, memang sulit membedakan mana Gelombang Cinta jenis mahal yang asli dan bukan. Walhasil, harga bisa meningkat hingga tiga kali lipat. Biasanya, orang yang dengan mudah tertipu adalah para kolektor pemula yang masih belum paham benar cara membedakan harga tanaman.
Kemudahan pengembangbiakannya
Salah satu yang membuat tanaman ini memiliki harga yang makin terjun bebas adalah: mudahnya pengembangbiakannya. Cukup dengan mengawinkan tumbuhan jantan dan betina hingga menghasilkan biji. Nah, bijinya tersebut yang nantinya bisa ditanam. Tanpa ilmu khusus pun, semua orang bisa dengan mudah menanamnya dan berpeluang mendapat hasil yang besar. Gelombang Cinta tak hanya bisa ditanam di tempat outdoor, bahkan dijadikan tanaman hias dalam rumah juga tak masalah. Namun sayang, mudahnya perkembangbiakan tanaman ini justru membuat Gelombang Cinta nggak lagi dianggap eksklusif.
Lama tak berkabar, harga Gelombang Cinta sekarang murah abis
Mahalnya harga Gelombang Cinta memang tak bertahan lama. Dari semula yang dipuja, tiba-tiba saja harga tanaman tersebut jatuh drastis. Begitu banyak pebisnis tanaman hias yang langsung bangkrut karena perubahan pasar yang tiba-tiba. Salah satu kasus miris itu terjadi pada Iriyanti, ia sempat menggadaikan rumahnya sebagai modal berjualan Gelombang Cinta. Namun sayang, merosotnya harga tanaman membuatnya bangkrut dan seketika kehilangan rumah demi menutup utang-utangnya. Wajar saja, perubahan harga yang awalnya ratusan juta jadi ratusan ribu itu memang bisa membuat pedagang merugi besar.
Terpuruk tapi masih laku
Mengingat harganya yang dulu sempat semiliar, harga Gelombang Cinta saat ini bisa dibilang terpuruk alias murah banget. Meski begitu, bukan berarti bunga ini nggak ada yang meminati. Masih ada kok, beberapa orang yang gemar mengoleksi dan membeli. Ya memang, tanaman satu ini indah dan mudah dirawat, disiram ngawur pun Gelombang Cinta akan tetap hidup. Beberapa kolektor dan pedagang bahkan yakin kalau Gelombang Cinta nantinya bakal booming lagi. Hal itu didasari dengan banyaknya peminat baru yang mampu merawat dan membiakkan tanaman tersebut dengan baik.
Kalau memang melejitnya Gelombang Cinta merupakan skenario yang dibuat oleh sekelompok pedagang, pantas saja hasilnya tak bertahan lama. Kasus yang terjadi pada tanaman fenomenal tersebut, semoga bisa jadi pelajaran bagi kita untuk tidak mudah terbawa arus kepopuleran benda-benda tertentu. Bukankah lebih baik jika kita membeli sesuatu atas dasar kebutuhan dan kecintaan? Setidaknya, kita bisa benar-benar merawatnya tak peduli tengah nge-trend atau tidak.