Dibandingkan profesi yang lain macam pengacara atau pekerja kantoran, profil nelayan cenderung dipandang sebelah mata. Apalagi ketika mendapati fakta tentang kehidupannya yang keras serta rumah kayu sederhana pinggir pantainya. Seakan menguatkan kesan kalau profesi ini hanya milik orang susah yang tak benar-benar menghasilkan.
Kesannya mungkin seperti itu, namun pada kenyataannya menjadi nelayan bisa jadi pekerjaan paling menggiurkan. Kita mungkin nggak tahu, tapi kalau sudah kadung sukses, pendapatan para nelayan bisa berkali-kali lipat pekerja kantoran. Meskipun demikian mereka tetap hidup sederhana. Masih soal dunia nelayan, berikut beberapa fakta mencengangkan tentang mereka yang pasti kita tak pernah tahu.
Jangan salah, mereka punya kapal dengan nilai harga ratusan juta rupiah
Nelayan pinggiran atau tradisional biasanya menggunakan kapal tongkang, jukung dan sekocian. Mungkin perahu-perahu yang mereka miliki terlihat sederhana dan jauh dari kata mewah, karena hanya terbuat dari kayu dengan campuran aluminium biasa seperti yang sering kita lihat. Namun siapa sangka harga satu perahu seperti itu ternyata luar biasa mahal.
Perahu sekelas sekocian yang dimiliki nelayan ini bisa berkisar 100 hingga 500 juta rupiah dengan ukuran 15 x 9 x 4 dan daya 10-15 GT. Hal itu membuat para nelayan harus memiliki modal yang sangat banyak agar bisa mendapatkan perahu sejenis itu. Hal itu juga bisa berarti kalau sebagian besar nelayan adalah orang kaya yang punya banyak uang.
Saat panen ikan mereka bisa mendapat untung hingga puluhan juta rupiah
Kamu tahu berapa banyak keuntungan yang didapatkan seorang nelayan dengan satu kapal dan beberapa ABK dalam sekali melaut? Mungkin kamu akan menduga kalau hasilnya hanya ratusan ribu saja, tapi faktanya ternyata sangat lain. Untuk satu kali melaut dengan modal pengeluaran sekitar Rp 2 jutaan, mereka bisa mendapat keuntungan 3-5 juta per ABK dan pemilik kapal mendapatkan 50 % dari hasil penangkapan satu hari. Artinya, dalam sekali melaut nelayan kita bisa meraup untung sekitar 15-20 juta waktu panen ikan.
Kita ambil contoh nelayan Malang selatan yang target tangkapan ikannya adalah kakap merah. Silakan kaget ketika tahu mereka bisa mengantongi 10 juta bersih sudah dipotong dengan berbagai pengeluaran yang sudah disebutkan diawal. Ini cuma sekali melaut saja lho.
Melaut bisa sekalian refreshing ala orang-orang kaya
Dari wawancara seorang mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya disebutkan bahwa beberapa nelayan Pantai Ngliyep menikmati profesinya karena mereka bisa refreshing dan jalan-jalan sekaligus bekerja. Mereka suka terjun bebas di dekat-dekat karang untuk berenang dan menyelam. Melihat berbagai jenis ikan dan terumbu karang yang masih alami dan indah yang belum dijamah manusia.
Hal semacam ini juga biasa dilakukan oleh orang-orang kaya saat liburan. Ini jadi bukti kalau bahkan bekerja saja para nelayan sudah bisa meniru orang-orang kaya. Kita rakyat biasa mungkin setahun sekali bisa melakukan hal yang sama.
Nelayan adalah sosok di balik hebatnya orang-orang Indonesia
Seseorang bisa menjadi luar biasa pintar karena banyak hal, terutama lantaran makanan yang disantapnya. Dan jangan bilang kalau ikan itu nggak mengandung apa pun. Ya, hewan satu ini begitu penuh akan gizi. Bahkan jargon pengen pintar harus makan ikan sampai sekarang tak pernah pudar.
Dan kita mungkin tak perlu meragukan lagi kalau semua ikan yang disantap orang Indonesia datangnya tentu dari para nelayan. Kecuali kalau kamu mancing sendiri laukmu. Hal ini lagi-lagi jadi bukti tak terbantahkan kalau para pejuang laut ini benar-benar berjasa besar bagi orang Indonesia. Pak Habibie pintar juga gara-gara makan ikan yang ditangkap nelayan.
Keahlian tangan para nelayan tak ada tandingannya
Semua profesi memang punya kompleksitasnya masing-masing. Namun kalau boleh menyebut profesi yang paling rumit, itu adalah nelayan. Terutama mereka yang semuanya serba bikin sendiri. Masih ada banyak nelayan di Indonesia ini yang semua peralatannya dibuat oleh mereka sendiri.
Coba bayangkan dari kapal sampai jaring mereka bikin sendiri. Padahal membuat benda-benda itu butuh pemikiran yang luar biasa. Jaring misalnya, kita nggak bisa asal sulam karena benda penangkap ikan ini memiliki pola khusus yang sangat sulit. Lalu kapal, mereka tak hanya harus pintar mendesain, tapi juga mengukur dan menganalisa semuanya. Pegawai kantoran setara direktur mungkin nggak bisa melakukan hal yang semacam ini.
Selama ini nelayan mungkin dipandang sebelah mata, tapi aslinya sangat luar biasa. Siapa yang menyangka jika mereka punya aset super mahal, lalu dengan itu mereka bisa menghasilkan puluhan juta. Maka dari itu benar kata pepatah, jangan pernah lihat buku hanya dari sampulnya saja.