Pemerintah resmi menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis premium, solar, dan pertamax, Senin (19/1). Hal yang sama juga terjadi untuk elpiji 12 kilogram (kg) dan semen yang diproduksi oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yakni Semen Indonesia.
Harga premium seperti diumumkan Presiden Joko Widodo, Jumat (16/1) ditetapkan menjadi Rp 6.600 per liter atau turun Rp 1.100 per liter dari yang sebelumnya Rp 7.600 per liter. Sementara solar turun Rp 850 per liter menjadi Rp 6.400 per liter dari sebelumnya Rp 7.250 per liter. Sementara itu, Pertamax yang bukan BBM bersubsidi juga turun harga menjadi Rp 8.000 per liter. Pertamax plus pun ikut turun menjadi Rp 9.050 per liter.
Selain BBM, harga elpiji 12 kg kini dipatok seharga Rp 129.000 per tabung dari sebelumnya harga elpiji sempat mengalami kenaikan sebesar Rp 1.500 menjadi Rp 134.700 per tabung. Sedangkan untuk harga semen yang diproduksi oleh BUMN (Semen Indonesia) juga turun Rp 3.000 per sak menjadi Rp 51.000 di tingkat distributor.
Pemerintah menurunkan harga tiga komoditas tersebut sekaligus untuk mengendalikan harga barang kebutuhan pokok yang melonjak setelah pengurangan subsidi BBM. Oleh karena pemerintah daerah diminta untuk ditindaklanjutinya.
Kebijakan pemerintah itu disambut gembira oleh masyarakat. Namun, bagi pengelola SPBU penurunan tersebut berarti mereka harus merugi untuk kedua kalinya. Pengawas SPBU Goze Bantul, Didik Kusnahadi mengatakan kerugian terbesar saat pemerintah menurunkan BBM pada 2 Januari 2015. Saat itu, stok BBM sangat banyak karena ada imbauan agar SPBU memenuhi kebutuhan BBM untuk tahun baru.
Seperti diketahui, penurunan harga ini disebabkan harga minyak dunia yang terus turun secara drastis. “Saya tidak menyangka harga minyak dunia turun drastis. Maka pemerintah memutuskan untuk menurunkan harga BBM dua minggu sekali supaya tidak terlalu drastis penurunannya,” ujar Menteri ESDM Sudirman di Kementerian ESDM, pekan lalu.