Kebanyakan orang umumnya pernah melihat spanduk ikonik yang terpampang di kedai Soto Lamongan atau Pecel Lele. Beragam gambar hewan unik berwarna cerah membuat warung makanan yang memajang spanduk itu membekas dalam ingatan pelanggan. Saking banyaknya, tak sulit menemui spanduk legendaris ini di pinggiran jalan di berbagai kota di Indonesia.
Namun dari banyaknya spanduk yang ada, hanya sedikit orang yang mampu membuat spanduk ini. Salah satunya adalah Hartono yang hingga hari ini masih bertahan memoles tinta di atas ribuan spanduk kain fenomenal itu. Tentu bukan hal mudah untuk mempertahankan eksistensi spanduk jadul itu di tengah menjamurnya spanduk printing yang banyak ditemui.
Berawal dari Ketidaksengajaan
Terjunnya Hartono menjadi pelukis spanduk bisa dibilang karena ketidaksengajaan. Hartono kala itu (tahun 1992) membuka bisnis Soto Lamongan dan Pecel Lele, ia pun membutuhkan spanduk lukis untuk usahanya. Dan saat itu pembuat spanduk lukis di Lamongan hanya satu orang, yang tidak lain adalah teman SMP Hartono. Saat SMP sempat dikalahkan Hartono dalam lomba melukis, pembuat spanduk itupun tak mau membuat Spanduk Soto Lamongan untuk Hartono. Alasannya, merasa tersindir karena merasa mungkin hasil lukisannya tak sebagus buatan Hartono. Akhirnya, Hartono pun mencoba membuat spanduk lukis sendiri dengan bekal bakat lukis terpendam yang dimiliki sejak SMP.
Dari Mulut ke Mulut, Spanduk Hartono Dikenal Banyak Orang
Setelah membuat spanduk lukis untuk usahanya sendiri, ternyata ada beberapa orang yang menyukai lantas meminta dibuatkan spanduk serupa itu. Kabar spanduk lukisan Hartono yang cantik pun tersebar dari mulut ke mulut. Tanpa diduga, mulai berdatangan pesanan spanduk lukis dari pelanggan yang juga hendak menjual Soto Lamongan. Kebanyakan pelanggan Hartono adalah warga Lamongan yang merantau ke sekitar Jakarta dan Tangerang seperti dirinya. Hartono pun mengerjakan pesanan-pesanan itu selepas berjualan Soto Lamongan miliknya yang beroperasi di depan Polresta Tangerang dari tahun 1997 hingga 2005.
Memutuskan Fokus Pada Usaha Spanduk
Berjalannya waktu, makin banyak perantau dari Lamongan yang datang ke Jakarta dan memesan spanduk padanya. Hal ini sebab banyak orang yang merekomendasikan karya Hartono yang memiliki ciri khas. Di tahun 2007, Hartono telah memiliki 700 pelanggan. Berpikir bahwa jumlah itu telah masuk angka aman untuk usaha bertahun-tahun, Hartono pun memutuskan fokus pada pembuatan spanduk.
Kunci Bertahan Selama 20 Tahun
Di tengah menjamurya usaha spanduk print, usaha Hartono masih bisa bertahan. Rahasianya adalah inovasi, dalam setiap karya yang dibuat Hartono selalu mencari hal-hal baru yang menarik tanpa menghilangkan ciri khas lukisannya. Sebab yang paling menarik adalah karakter produk Hartono yang memiliki warna cerah serta kualitas kain yang bagus. Lelaki 47 tahun ini lebih mengutamakan kualitas daripada kuantitas. Karena spanduk adalah benda yang awet hingga bertahun-tahun, sekali pelanggan kecewa maka dijamin tidak akan kembali lagi.
Telah Melayani 3.725 Pelanggan di Seluruh Indonesia
Di saat pengrajin spanduk lukis mulai gulung tikar, Hartono tetap bertahan sebab inovasinya masih diminati masyarakat. Pelanggannya pun tidak hanya dari Pulau Jawa, tapi mencakup daerah Aceh, Jambi, Lampung, Jawa, Bali, hingga Nusa Tenggara Timur. Dan kini bukan hanya spanduk Soto Lamongan saja yang ia buat, melainkan spanduk berbagai usaha sea food dan makanan lainnya. Hingga kini, terhitung lebih dari 3.725 pelanggan yang dimiliki Hartono. Masing-masing pelanggan biasanya memesan satu hingga tiga spanduk untuk kedainya.
Berawal dari kesulitannya menemukan penjual spanduk dan berakhir dengan membuat sendiri, Hartono malah menjadi pengusaha spanduk sukses. Dari kisah Hartono kita dapat mengambil pelajaran bahwa seusai kesulitan selalu ada kemudahan. Tapi hal itu berlaku asal kita terus-menerus berusaha.