Orang awam mungkin menganggap jika menjadi bagian darah biru adalah sesuatu sangat membahagiakan. Hidup dengan harta melimpah dan juga dihormati oleh banyak kalangan. Namun, seperti wajarnya hidup, menjadi bangsawan pun juga memiliki sisi yang kurang menyenangkan.
Salah satu contohnya adalah kisah nelangsa yang dibagikan oleh seorang putri keraton dari Solo. Di hari pergingatan emansipasi wanita, ia justru merasa bahwa hidupnya masih sangat terkekang. Berikut ini adalah cerita yang bakal bikin kamu bersyukur terlahir di keluarga orang biasa.
Terkurung di keputren tanpa bisa keluar meski situasi mendesak
GKR Timoer Rumbai Kusuma Dewayani merupakan salah satu putri Raja Keraton Solo, sekian dari beberapa pengabdi kerajaan yang masih bertahan di Keraton Solo. Melalui statusnya di Facebook, ia menuliskan curahan hatinya yang merasa begitu tertekan karena harus terkurung di kediaman para putri-putri raja sehingga tidak bisa menemani putranya yang tengah terbaring di rumah sakit.
Ia mengaku sudah beberapa saat terperangkap di rumah sendiri dan berkisah dengan beberapa orang yang dia cintai. Banyak netizen yang mengaku tak kuat membayangkan harus ada di posisi tersebut.
Hal yang membuat Timoer terkurung
Terkurungnya Timoer di keputren berawal dari Tim Lima bentukan Paku Buwono (PB) XIII yang membongkar paksa gembok pintu Keraton Solo. Padahal, area keraton harus dilakukan pengosongan (sterilisasi) dalam rangka hari peringatan naik tahta Paku Buwono (PB) XIII Keraton Solo.
Pembongkaran paksa itulah yang menyebabkan GKR Timoer akhirnya terkurung di keputren. Timoer sendiri mengaku tidak tahu menahu tentang situasi yang terjadi di area keraton saat itu. Awalnya ia mencoba bertahan untuk tetap tinggal di lingkungan keputren, namun ia justru dikunci dari luar hingga tak bisa kemana-mana.
Tak diundang acara ulang tahun penobatan ayahnya
Peringatan Jumenengan atau ulang tahun naik tahtanya Paku Buwono (PB) XIII Keraton Solo yang dilaksanakan tanggal 22 Apil 2017 rupanya tak mengundang putri Keraton. GKR Timoer Rumbai Kusuma Dewayani mengaku meski ada acara penting tersebut, ia masih terkurung di keputren yang dijaga oleh para aparat. Hal itu disampaikan oleh Timoer saat dihubungi oleh wartawan.
Adapun berita tentang pengurungan putri keraton tersebut terjadi sejak Polda Jawa Tengah melakukan pengosongan area keraton dalam rangka Jumenengan sejak Sabtu, 15 April 2017 lalu. Meski demikian, Kabid Humas Polda Jawa Tengah, Kombes Djarod Padavoka membantah adanya berita pengurungan yang diungkapkan oleh Timoer. Menurutnya, Timoer tidak keluar dari keputren atas kemauannya sendiri, tanpa ada polisi yang mengurung dan menguncinya.
Timoer merasa jika perjuangan Kartini belum selesai
Ada banyak status yang diunggah di facebook oleh Timoer. Dari statusnya yang mengundang banyak respon tersebut, Timoer mengaku jika di era modern ini ternyata perjuangan Kartini belum berakhir. Masih banyak pendapat yang dibungkam dari perempuan. Masih banyak pula perempuan Indonesia yang diabaikan hak-haknya. Tak jarang juga yang diremehkan kemampuannya.
Timoer mengaku jika ia juga masih terus berjuang untuk melanjutkan cita-cita Kartini. Sebab, manusia memang tak bisa memilih untuk dilahirkan sebagai laki-laki atau perempuan. Dan terlahir sebagai perempuan, bukanlah kesalahan.
Video pertemuan sang putri dengan anak laki-lakinya jadi viral
Kisah pilu yang diceritakan oleh Timoer memang menyita perhatian banyak pihak. Beberapa kali menyatakan keinginannya untuk bertemu dengan sang putra, maka ditunjuklah Kompol Juliana (Kapolsek Jebres) untuk menjaga dan membantu apapun kebutuhan dari Timoer, termasuk keinginan Timoer bertemu sang putra.
Video mengharukan pertemuan Timoer dengan sang buah hati pun sempat diunggah oleh akun gosip Lambe Turah. Sontak saja video seorang wanita yang mendekap bocah lelaki sambil menangis tersebut menjadi viral dan menuai ribuan komentar dari netizen.
Kisah pilu yang terjadi pada putri kerajaan Keraton Solo tersebut bisa jadi berawal kesalahpahaman. Namun, apa yang menimpa GKR Timoer Rumbai Kusuma Dewayani setidaknya mengingatkan kita untuk lebih bersyukur bahwa terlahir sebagai masyarakat biasa juga merupakan kebahagiaan.