Kita mengenal kesatria samurai sebagai sosok legenda yang begitu mengagumkan. Meski begitu, yang paling mengagumkan bagi kebanyakan orang mungkin adalah filosofi ‘bushido’ yang mereka jalani. Dengan filosofi ‘jalan kesatria’ ini, mereka mampu menjadi kesatria terhormat dan memiliki tingkat sosial tertinggi di masa feodal Jepang.
Meski samurai adalah sosok kesatria kuno, bukan berarti masyarakat modern tidak bisa belajar darinya. 7 keutamaan pada filosofi bushido sebenarnya bisa dimanfaatkan masyarakat untuk ‘berjuang’ dan menjadi pribadi yang lebih baik di era modern ini.
1. Gi – Kebajikan
Gi memiliki arti kebajikan atau kebaikan. Hal ini adalah sesuatu hal yang sering menjadi bunga-bunga nasihat. Namun sayang pada praktiknya, tidak banyak manusia yang benar-benar mau melakukan kebaikan. Lewat filosofi ini, kita diajak untuk menjadi pribadi yang jujur dalam setiap tindakan.
Kita perlu memahami bahwa keadilan itu tidak datang dari orang lain, tapi dari diri sendiri. Jangan berharap seseorang bisa bersikap adil jika kita sendiri tidak bisa mempraktikannya. Bagi seorang samurai, tidak ada tingkatan keadilan atau kejujuran. Hanya ada hitam dan putih, kejujuran dan kebohongan. Tidak ada yang namanya ‘white lie’.
2. Yu – Keberanian
Keberanian bukan hanya soal angkat senjata dan maju perang. Tapi kita juga bisa bersikap berani dan bangkit di hadapan orang banyak. Hidup dengan bersembunyi, berada paling belakang, dan hanya mengekor pada orang lain bukanlah kehidupan yang sesungguhnya. Mari mencoba untuk bersuara, berpendapat, atau melakukan hal-hal yang belum pernah dilakukan selama ini.
Lepaskan diri dari rasa takut gagal. Tentu saja ini bukan hal yang mudah dan juga berisiko, tapi dengan cara ini kita bisa hidup dengan sepenuhnya. Namun keberanian ini juga tidak berarti buta atau nekat, keberanian juga diikuti dengan kecerdasan dan kekuatan untuk mengambil jalan yang tepat.
3. Jin – Kemurahan Hati
Kosep kunci Jin di sini adalah kasih sayang dan belas kasihan. Latihan intensif membuat para samurai menjadi sosok yang lincah dan kuat. Dengan keahlian pedang dan bela diri yang dimiliki, mereka bisa berbuat apa saja. Tapi bukan berarti mereka bisa semaunya. Kekuatan atau kelebihan yang dimiliki sudah sewajarnya digunakan untuk kebaikan orang lain juga.
Hidup dengan kekuatan atau kelebihan berarti memanfaatkan kelebihan tersebut untuk orang lain juga. Jika kesempatan untuk berbuat baik tidak datang, maka seorang kesatria akan mencari kesempatan itu sendiri. Hal inilah yang seharusnya kita ikuti. Live is not about ourselves – hidup bukan soal diri kita sendiri.
4. Rei – Rasa Hormat
Ada terlalu banyak contoh seseorang yang menjadi sombong, congkak, atau kejam untuk membuktikan kemampuan atau kehebatan mereka. Padahal hal ini hanya berarti bahwa mereka telah kehilangan rasa hormat. Samurai tidak perlu menjadi sosok kejam untuk membuktikan kekuatannya, dan kita tidak perlu menjadi pribadi yang congkak untuk menunjukkan kemampuan kita.
Samurai adalah sosok yang sopan bahkan kepada musuhnya, dan kita bisa melakukan hal yang sama. Kekuatan sesungguhnya dari manusia akan terlihat dengan sendirinya ketika sebuah masalah muncul. Tidak perlu kita menjadi kejam hanya untuk menunjukkan apa yang kita bisa.
5. Makoto – Kejujuran dan Ketulusan
Kejujuran tidak hanya berarti tidak berbohong, tapi juga melakukan apa yang telah diucapkan sebelumnya. Ketika seorang samurai mengatakan bahwa ia akan melakukan sesuatu, maka ia akan melakukannya apapun risikonya. Tidak ada satupun di dunia ini yang bisa menghentikannya melakukan apa yang ia katakan.
Tanpa perlu mengucap janji karena setiap kata yang ia ucapkan memiliki nilai kejujuran. Berbicara dan berbuat adalah hal yang sama. Apa yang dikatakan adalah apa yang dilakukan. Hal ini bisa kita jadikan pegangan untuk menjadi pribadi yang bisa dipercaya. Karena apa yang kita bicarakan bukanlah ‘omdo’ alias omong doang.
6. Meiyo – Kehormatan
Kehormatan adalah suatu hal penting bagi seorang samurai dan mereka akan menjaga hal tersebut. Seorang kesatria hanya punya satu hakim kehormatan, yaitu dirinya sendiri. Keputusan yang ia ambil mencerminkan dirinya sendiri, dan hal itulah yang menunjukkan seberapa terhormatkah ia.
Hal inilah yang harusnya kita tiru. Kehormatan, atau penghargaan bukan dituntut atau diminta, tapi diberikan kepada kita. Jika ingin dihormati atau dihargai, tunjukkan dengan perilaku kita bahwa kita memang memiliki kualitas yang layak dihormati.
7. Chugi – Kesetiaan
Seorang samurai bertanggungjawab atas perbuatan yang dilakukannya beserta konsekuesinya. Ia setia dengan pimpinan dan menjadi contoh bagi para bawahannya, suatu hal yang menjadi tanggung jawabnya. Kita bisa melakukan hal yang sama dengan setia dan bertanggungjawab terhadap kewajiban kita.
Jangan karena ada kepentingan lain apalagi kepentingan pribadi, kita melupakan kewajiban yang seharusnya dijalankan. Perlu diingat bahwa apa yang ditinggalkan manusia di dunia adalah kata-kata dan perbuatan mereka.
Itulah 7 kode filosofi bushido yang sebenarnya masih bisa kita jalankan di era modern. Meski filosofi ini adalah tuntunan kehidupan jalan kesatria prajurit kuno, bukan berarti tidak bisa digunakan di era modern. Dengan nilai-nilai kebaikan yang ada di pedoman bushido, sebenarnya kita juga bisa memanfaatkannya untuk menjadi pribadi yang lebih baik.