Proses pencarian korban jatuhnya pesawat Lion Air JT610 masih terus diupayakan. Selama kurang lebih 10 hari, tim dari BASARNAS telah berhasil menyetorkan 186 kantong jenazah ke RS Polri, dikutip dari detik.com. Tim Disaster Victim Investigation (DVI) RS Polri juga telah berhasil mengidentifikasi 71 korban. Masih ada 118 korban yang belum teridentifikasi hingga saat ini.
Meskipun begitu, keluarga korban masih menunggu jazad orang terkasihnya dikembalikan, agar bisa dikebumikan dengan layak. Sebuah kisah ironis datang dari RS Polri kemarin (8/11). 5 orang wanita yang mengaku istri dari salah satu korban jatuhnya pesawat Lion Air JT610 terlibat saling dorong. Sehingga, mereka menjadi sorotan banyak orang di RS Polri.
Korban jatuhnya pesawat Lion Air JT610, Rudolf Petrus Sayers, yang ada dalam manifest nomor 142 ternyata memiliki lima orang istri. Ketika berhasil diidentifikasi pun, 3 orang istrinya datang untuk menerima surat kematian. Sempat terjadi cekcok antara istri pertama, Yuke Meiske Pelealu, dengan istri kedua dan kelima yang dikabarkan bersekutu. Mereka berebut untuk mengambil surat kematian sang suami untuk mengklaim dirinyalah yang bertanggung jawab atas korban bernama Rudolf Petur Sayers. Mengapa para istri ini berebut?
Dikutip dari bisnis.tempo.co, para keluarga korban pesawat Lion Air JT610 ini berhak menerima asuransi dari maskapai Lion Air sebesar Rp1,3 miliar. Rp1,25 miliar adalah asuransi pokok dan Rp50 jutanya berupa asuransi bagasi. Syarat keluarga korban untuk mengklaim asuransi tersebut adalah surat kematian yang dikeluarkan oleh RS Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur. Tak heran jika 5 istri ini berebut untuk bertanggung jawab penuh atas kematian suami. Belum ada kejelasan dari kedua belah pihak tentang siapa yang akhirnya mendapat surat kematian. Namun, dilansir dari berbagai sumber, istri pertama mengaku merasakan ketidakadilan.
Gabriella Sayers, anak pertama dari istri pertama Rudolf Petrus Sayers beberapa hari lalu menyatakan kekecewaannya terhadap Lion Air Grup. Bukan masalah asuransi, melainkan informasi yang malah ia ketahui dari televisi atau media online. Padahal, ia berpikir, sudah seharusnya keluarga korban tahu lebih dulu update terbaru mengenai kecelakaan Lion Air JT610 ini. “Kami pihak keluarga ingin mengetahui kabar terbaru terkait korban, justru kami mendapat berita dari televisi. Saat kami berusaha menghubungi call center Lion Air, mereka hanya berkata “tunggu informasi dari polisi dulu.” Apa hubungannya itu sama polisi? Kami sebagai pihak korban meminta tanggung jawab Lion Air,” ungkap Gabriella kepada tagar.id. Selain itu, Gabriella menyatakan dirinya bingung. Sebab, dari awal yang melengkapi data-data untuk dimasukkan dalam penyelidikan RS Polri adalah dirinya, pihak dari istri pertama. Namun, mengapa peti mati sang ayah harus diserahkan kepada pihak istri kedua?
Entah bagaimana motif 4 istri Rudolf Petrus Sayers berencana di balik ini semua. Apakah mereka ingin membagi rata asuransi sang suami sebesar Rp1,3 miliar tersebut, atau memang ingin mengabdi penuh pada Rudolf Petrus Sayers? Netizen pun tak kuasa untuk berpikiran dan berkomentar buruk terhadap 5 istri yang nampaknya berebut asuransi dari kematian suami. Hingga saat ini, jenazah Rudolf Petrus Sayers pun belum bisa dimakamkan karena polemik rebutan para istrinya. Melihat hal ini, penulis jadi teringat kutipan dari Dewi Lestari dalam sebuah cerpen berjudul Mencari Herman, dari kumpulan cerpen Filosofi Kopi. “Satu menggenapkan, dua melenyapkan.” Semoga 5 istri Rudolf Petrus Sayers segera berdamai dan memakamkan jazad suaminya dengan khidmat.