Tak banyak yang tahu, Bangsa Viking yang digambarkan sebagai kaum yang identik wajah sangar dengan helm bertanduk, ternyata sejak berabad-abad lampu, mereka telah bersinggungan dengan peradaban Muslim. Di daratan Eropa, sosok yang bertubuh tinggi besar dan berjanggut lebat tersebut, sering disebut sebagai Norsemen yang berarti orang utara, merujuk pada tempat asal mereka.
Hal ini diperkuat oleh beberapa fakta penting dan sederet penemuan, yang mengindikasikan bahwa Bangsa Viking pernah melakukan kontak dengan orang-orang muslim. Seperti sebuah kain yang bertuliskan “ALLAH” hingga penemuan cincin yang bertuliskan potongan kalimat syahadat. Selain itu, ada beberapa hal penting dibawah ini menjadi bukti dekatnya dunia Islam dengan kaum Viking tersebut.
Bangsa Viking yang muslim
Menurut catatan Amin Razi, seorang ahli Geografi Muslim pada abad ke-16, Bangsa Viking dikenal sangat menyukai daging babi dan dianggap sebagai makanan yang lezat. Meski telah menjadi seorang muslim, kebiasaan yang “bertolak belakang” tersebut tetap menjadi hal yang sulit dihilangkan.
Berbeda dengan catatan Amin Ramzi, Omar Mubaidin menuliskan bahwa di masa lalu, kontak bangsa Viking dengan dunia Islam terjadi karena mereka banyak menyerang Negara muslim di semenanjung Iberia. Beberapa komunitas Viking yang menetap di Tenggara Seville, akhirnya memeluk Islam.
Penemuan benda peninggalan Viking yang mengejutkan arkeolog dunia
Bukti lain yang menjadi “saksi bisu” kedekatan bangsa Viking dengan peradaban Muslim adalah, ditemukannya dua peninggalan penting yaitu secarik kain dan sebuah cincin milik bangsa Viking. Pada sebuah jurnal penelitian yang dipublikasikan pada tanggal 23 Februari 2015, mereka telah menemukan sebuah cincin yang bertuliskan kalimat “il-La-La” yang bermakna “untuk ALLAH/Tuhan”.
Penemuan lainnya yang masih diperdebatkan adalah, secarik kain yang bertuliskan kalimat ALLAH dalam bahasa Arab. Kain tersebut merupakan bagian dari sebuah pakaian bangsa Viking yang digali dari kuburan abad ke-9 atau ke-10 di Birka dan Gamla Upsalla, Swedia. Lafadz ini dituliskan dalam aksara Kufic, sebuah bahasa kuno yang berkembang di kota Kufah, Irak pada abad ke-7.
Viking dekat dengan peradaban Islam sebagai pedagang
Orang-orang yang hidup sezaman dengan para Viking tersebut, membangun sebuah pusat perdagangan seperti di Kiev di Ukraina dan Novgorod di Rusia. Mata uang Dirham Arab, digunakan untuk membantu stimulasi ekonomi di era Viking tersebut. Tercatat, koin-koin Dirham tersebut digunakan diantara abad ke-10 dan 12 sebagai mata uang umum oleh bangsa Viking York dan Dublin di Irlandia.
Menurut catatan seorang utusan Dinasti Abbasiyah, Ibn Fadlan, bangsa Viking tersebut datang sebagai kaum pedagang dan berkemah. Orang-orang Viking tersebut juga bertemu dengan orang-orang dari Turki dan Bulgaria yang pada saat itu mendominasi kekuasaan. Al-Mas’udi yang juga seorang pedagang, menambahkan pada catatannya, bahwa kaum muslim sangat tertarik dengan topi dan mantel bulu yang terbuat dari rubah hitam hasil karya bangsa Viking.
Tradisi menjelajah dunia lewat laut menjadi awal pertemuan dengan dunia Islam
Tidak dipungkiri, Selain mempunyai fisik yang besar dan kuat, bangsa Viking juga dikenal sebagai penjelajah laut yang tangguh. Tradisi semacam ini berlangsung mulai dari abad ke-8 hingga abad ke-11. Mereka mengarungi lautan dari Eropa Barat hingga Asia Tengah. Di kawasan Asia Tengah inilah, kaum Viking untuk pertama kalinya melakukan kontak dengan kaum Muslim.
Dalam catatan sejarah yang ditulis oleh Omar Mubaidin, Terlihat beberapa armada bangsa Viking yang mengangkut orang-orang dari berbagai wilayah Andalusia. Penduduk tersebut berasal dari Lisbon, Seville, Cadiz, serta Asilah di Maroko. Tak terima dengan hal tersebut, pasukan Arab Saudi pun melancarkan serangan terhadap armada Viking di sungai Guadalquivir, membunuh lebih dari 1000 orang dan menghancurkan 30 kapal.
Pujian orang-orang Arab terhadap bangsa Viking
Kontak kaum muslim Arab dengan bangsa Viking telah dimulai oleh Ahmed Ibn Fadlan, cendekiawan muslim sekaligus penjelajah muslim terhebat pada masa itu. Catatan dirinya yang menukilkan istilah “saqaliba” yang berarti masyarakat berambut pirang dan berkulit putih tersebut, merupakan bangsa Viking yang dilihatnya. Dirinya bahkan menambahkan, bahwa sosok para Viking tersebut mempunyai fisik yang sempurna bagaikan sebuah pohon kurma yang tinggi
Tak kurang, Ibnu Rustah yang juga seorang penjelajah muslim dan ahli bumi mengatakan, bahwa bangsa Viking diisi oleh masyarakat yang selalu menjaga penampilannya serta kebersihan diri. Mereka sangat melindungi tamu-tamunya yang datang di komunitasnya dengan kaum wanita yang selalu berhias dengan emas.
Meski masih terdapat beragam pro dan kontra, sejarah panjang bangsa Viking yang telah lama bergumul dengan peradaban muslim tersebut, merupakan sebuah bukti sejarah yang tidak terbantahkan. Dari fakta ini, diharapkan bahwa sejatinya setiap suku bangsa, meski berangat dari latar belakang yang berbeda, pernah mempunyai hubungan historis yang baik dan saling menginspirasi, sehingga nilai sejarahnya dapat bermanfaat bagi generasi selanjutnya.