Bajau atau Sama-Bajau adalah sebuah suku atau etnik yang tidak pernah menetap pada suatu daerah tertentu. Mereka berpindah, dan selalu menjelajah menggunakan perahu pada jangka waktu tertentu. Di Indonesia, Suku Bajau banyak sekali mendiami bagian utara Kalimantan, bagian utara Sulawesi hingga perairan Maluku dan Raja Ampat.
Suku Bajau lebih banyak melakukan aktivitasnya di atas perahu entah untuk tidur, atau berburu hasil laut yang melimpah. Mereka akan menuju daratan hanya untuk menjual hasil laut atau membeli keperluan rumah tangga yang tak bisa dibuat sendiri.
Saat ini suku bajau sudah semakin sedikit akibat modernisasi. Banyak dari para keturunan suku ini memilih menuju daratan dan bekerja di sana. Akhirnya lambat laun tradisi yang susah dimulai sejak abad ke-16 terancam punah. Mari sejenak mengenal Suku Bajau yang dikenal sebagai sea nomaden ini.
Filosofi Nama Sama-Bajau
Sama-Bajau memiliki makna yang sangat kompleks. Nama ini bisa berarti suatu suku asli atau pribumi dan juga berarti suatu bangsa. Mereka bisa disebut dengan Sama, Bajau, atau keduanya. Namun dalam kehidupan sehari-hari suku ini jarang sekali menyebut dirinya sebagai Bajau. Mereka lebih suka menyebut dirinya dengan Sama Dilaut yang memiliki arti Sama di lautan.
Asal-usul Suku Bajau
Suku Sama-Bajau atau Bajau sebutan di Indonesia berasal dari Kepulauan Sulu wilayah Filipina. Suku ini masih satu kerabat dengan Suku Moro yang tinggal di sana. Dari wilayah Filipina, suku ini bergerak menuju sebelah utara Kalimantan menuju Brunei, Malaysia, dan juga ke wilayah Indonesia tepatnya di ujung utara Sulawesi. Selama 50 tahun terakhir mereka terus berpindah menuju ke selatan akibat konflik yang terjadi di Pulau Mindanao.
Bahasa yang Digunakan Suku Bajau
Suku Bajau memiliki setidaknya 10 bahasa yang diturunkan dari bahasa induk Sama-Bajaw. Secara garis besar suku ini banyak menggunakan bahasa Sinama. Namun bahasa ini sering disebut sebagai Bahasa Bajau karena dipakai hampir di semua suku dan turunannya. Bahasa yang dipakai ini cenderung mirip dengan Tagalog karena mereka berasal dari Filipina. Namun suku-suka yang berada di area Malaysia, Brunei, dan Indonesia menggunakan bahasa yang ada campurannya dengan bahasa setempat.
Sekitar tahun 2006 seorang peneliti bernama Robert Blust melakukan penelitian tentang Bahasa Sama-Bajaw. Ternyata bahasa ini juga merupakan bahasa turunan dari Bahasa Barito yang banyak digunakan oleh suku seperti Dayak dan Malagasy. Penelitian ini akhirnya membuahkan sebuah dugaan jika Suku Bajaw sebenarnya adalah suku di Kalimantan yang hijrah ke daerah-daerah Filipina.
Agama Suku Bajau
Secara garis besar, orang-orang yang ada di Suku Bajau banyak menganut Islam. Mereka mempelajari keyakinan ini saat berada di kawasan Malaysia dan juga Brunei. Lambat laun kepercayaan ini menyebar luas hingga akhirnya 95% Suku Bajau menganut Islam meski tidak meninggalkan beberapa kebiasaan di masa lalu saat masih menganut animisme dan dinamisme.
Kesenian dan Budaya Suku Bajau
Suku Bajau memiliki beberapa tari tadisional yang banyak dipentaskan saat upacara pernikahan. Selain itu mereka juga menyanyikan banyak sekali lagu yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dalam memainkan lagu mereka menggunakan alat bernama palau (sejenis alat musik tiup), gabbang, dan tagunggo. Lagu-lagu tradisional dari Suku Bajau sekarang sudah nyaris punah karena generasi mudanya lebih suka dengan hal-hal berbau modern seperti internet.
Demikianlah sekelumit kisah tentang Suku Bajau yang merupakan penjelajah air terakhir di Indonesia. Saat ini keberadaan mereka sudah berada di ambang kepunahan mengingat generasi muda mereka yang sudah mulai tertarik dengan hal-hal berbau modern.