Merek Samsung tentu sangat familiar di telinga. Tak hanya melabeli handphone, nama ini melekat pada barang elektronik lainnya mulai televisi sampai mesin cuci. Samsung yang sekarang boleh dikatakan menguasai dunia dan sudah melampaui para pesaing Jepangnya. Kembali ke belakang, sebenarnya Samsung bukan dibuat dengan tujuan berjualan barang elektronik, namun malah makanan.
Samsung dulunya hanya perusahaan yang menjual makanan sehari-hari seperti sayur-sayuran, mie buatan sendiri, hingga ikan kering. Yang lebih mengejutkan, dulu pendiri Samsung hanya bermodal uang sebesar USD 27 atau setara dengan nilai Rp 358 ribu. Mengalami perkembangan, kemunduran, hingga jatuh bangkrut, dan kembali bangkit lagi, kesuksesan Samsung hari ini adalah hasil dari perasan keringat pendirinya Lee Byung Chull
Sekilas Tentang Samsung Group
Samsung hari ini adalah salah satu perusahaan elektronik terbesar di dunia. Perusahaan ini telah beroperasi di 58 negara dan mempekerjakan lebih dari 208 ribu pegawai. Samsung bergerak di enam bidang bisnis meliputi telekomunikasi (smartphone dan jaringan), peralatan rumah tangga digital (mesin cuci, kulkas, oven, dll), media digital, semikonduktor, kendaraan bermotor, LCD, dll. Dan saat ini, Samsung menjadi jawara brand dunia dengan produk andalan smartphone Samsung Galaxy.
Awal Didirikan, Samsung Bergerak di Bidang Makanan yang Kemudian Bangkrut
Di tahun 1938, Samsung adalah usaha kecil perdagangan makanan yang ada di daerah Daegu. Pendirinya Lee Byung mempekerjakan 40 orang untuk menjual ikan kering, mie buatannya sendiri, serta sayur-sayuran. Hanya bermodal Rp 358 ribu, usaha ini berkembang pesat hingga berhasil mendirikan kantor pusat di Seoul pada tahun 1947. Namun sayang, perang Korea pecah dan bisnis Lee Byung pun tak bisa diselamatkan.
Bangkit dengan Berbisnis Gula
Setelah perang sengit di Korea berakhir, Samsung kembali bangkit dengan mencoba peruntungan di bisnis gula. Berjalan lancar dengan usaha gula, di tahun 1954 Samsung meluaskan usahanya dengan mendirikan pabrik pakaian wol terbesar di Korea Selatan. Tak puas di situ, otak di balik Samsung Lee Byun menjajal bisnis elektronik pada tahun 1960 di bawah bendera Samsung Electronics. Debut Samsung di bidang elektronik diawali dengan produksi televisi hitam putih dan mesin cuci.
Mengalahkan Brand Elektronik Kenamaan dan Mendunia
Tak berhenti di dunia elektronik, Samsung mengembangkan sayap dengan mendirikan Samsung Semiconductor, Samsung Heavy Industries hingga Samsung Constraction. Di tahun 1990, Samsung Electronics mengalami perkembangan pesat hingga di tahun 1992 berhasil menjadi produsen chip terbesar ke dua di dunia. Setelah itu, Samsung semakin percaya diri dan memproduksi berbagai perangkat elektronik termasuk smartphone. Meski awalnya diragukan dan dianggap kalah dari Jepang, Samsung terus memperbaiki kualitas produk dan teknik promosi. Akhirnya di tahun 2005, merk Samsung mulai populer dan meninggalkan brand kenamaan Sony. Tahun 2006, televisi Samsung menduduki tempat penjualan terbanyak di dunia. Dan saat ini, Samsung dikenal sebagai produsen ponsel terbesar.
Lee Byung Chull dan Kecepatan, Rahasia Kesuksesan Samsung
Lee Byung Chull adalah sosok penting di balik berdirinya perusahaan raksasa Samsung Group. Lelaki kelahiran 12 Februari 1910 ini sempat mengenyam pendidikan tinggi di Universitas Wesda Tokyo. Meski tak sampai mengantongi gelar sarjana, dengan ketekunan dan kerja kerasnya lelaki yang sempat gagal membuka bisnis penggilingan padi ini bisa menghidupkan Samsung. Dikatakan seorang Professor bernama Sea Jin Chang dalam buku Sony vs Samsung, yang membuat perusahaan Lee Byung sukses adalah adalah kecepatannya. Tradisi serba cepat memang keahlian orang Korea, mulai dari berbicara cepat, makan dengan cepat, hingga berjalan seperti orang gila. Jiwa kompetitif orang Korea Selatan memang bukan rahasia lagi.
Kisah tentang perjalanan Samsung mengajarkan banyak hal. Terutama adalah kecepatan dalam bertindak. Pendiri Samsung adalah orang yang cepat, saat gagal Lee Byung cepat bangkit dan memulai lagi. Saat berhasil, Lee Byun juga cepat untuk mengambil peluang mengembangkan bisnis lain. Tidak ada terlena, atau jeda yang terlalu lama.