in

5 Pelajaran Pembuktian Cinta Sejati dari Kisah Habibie-Ainun

fi

Apa itu cinta sejati? Benarkah kita semua bisa menemukan cinta sejati kita? Adakah seseorang yang bisa melengkapi hidup kita atas nama cinta sejati? Mungkin kita merasa terlalu naif berharap bisa hidup bahagia selama-lamanya dengan seseorang yang kita anggap sebagai jodoh dan cinta sejati kita. Tapi pada kenyataannya, tak semua pasangan bisa sehidup semati. Meski begitu, cinta sejati tak begitu saja luntur walau maut memisahkan.

Kisah cinta Hasri Ainun Besari dan B. J. Habibie merupakan salah satu kisah cinta yang paling banyak menginspirasi sekaligus mengharukan bagi kita semua. Ainun dan Habibie memang tercipta untuk saling mencinta dan berbahagia. Kisah cinta mereka tetap abadi meski akhirnya maut jua yang memisahkan. Ainun lebih dulu berpulang. Beliau wafat tanggal 22 Mei 2010, meninggalkan suami tercinta dan dua orang putra. Kepergian Ainun jelas sangat mengguncang hati Habibie. Menghabiskan 48 tahun 10 hari hidup bersama dalam biduk rumah tangga bukanlah waktu yang singkat. Seperti kehilangan sebelah sayap, Habibie sempat limbung ketika sang istri pergi untuk selamanya. Walaupun demikian, ada banyak pelajaran tentang pengorbanan, ketulusan, kesungguhan, dan pembuktian cinta sejati yang bisa kita ambil dari kisah Habibie – Ainun.

1. Cinta Sejati Selalu Memberi Tanda

Ainun dan Habibie bersekolah di SMA yang sama. Habibie pernah menggoda Ainun dengan menyebutnya “gula jawa” hanya karena saat itu Ainun memiliki kulit hitam. Godaan itu sebenarnya karena Habibie diam-diam juga naksir dengan Ainun. Teman-teman mereka pun sering menjodoh-jodohkan mereka berdua. Ditambah lagi Ainun sebenarnya sosok gadis manis yang bisa dengan mudah menarik perhatian para kaum adam.

Cinta sejati selalu memberi tanda [image source]
Cinta sejati selalu memberi tanda [image source]
Lulus SMA, Habibie melanjutkan pendidikannya ke ITB kemudian ke Jerman. Sementara Ainun, melanjutkan pendidikannya ke Universitas Indonesia. Hingga kemudian takdir jodoh kembali mempertemukan mereka. Setelah lulus kuliah, Habibie mendapat pekerjaan di Jerman. Saat liburan, ia manfaatkan waktu untuk pulang ke tanah air. Siapa yang menduga saat ia berkunjung ke rumah keluarga Mohammad Besari, ia bertemu lagi dengan Ainun.

Ainun yang pernah dioloknya “gula jawa” kini berubah jadi “gula pasir”. Ia tumbuh menjadi seorang perempuan yang cantik. Jelas Habibie tak bisa menyembunyikan rasa suka dan kekagumannya. Hatinya bergejolak. Saat itulah ia tahu bahwa Ainun adalah jodoh yang dikirimkan Tuhan padanya. Tanggal 12 Mei 1962 jadi hari paling bersejarah. Itulah hari saat Habibie mengucap janji suci dan sah menjadi suami Ainun.

2. Kesulitan yang Dialami Berdua Bukan untuk Dikeluhkan Tapi Dicari Jalan Keluarnya

Setelah menikah, Habibie harus segera kembali ke Jerman. Ia masih punya tanggung jawab untuk bekerja sekaligus melanjutkan pendidikan doktoralnya di sana. Ainun pun diajaknya. Ainun akhirnya mengiyakan ajakan Habibie meski harus meninggalkan pekerjaannya sebagai dokter. Tapi hidup di negeri orang ketika sudah menikah bukan hal yang mudah.

Berdua mencari solusi permasalahan [image source]
Berdua mencari solusi permasalahan [image source]
Hidup berdua dengan istri di Jerman, kebutuhan pun bertambah. Kalau saat sendiri Habibie sudah merasakan kecukupan, tapi dengan kehadiran istri jelas biaya hidup jadi persoalan baru. Penghasilan yang didapat Habibie tak cukup untuk biaya hidup berdua. Namun, hal itu bukan jadi alasan atau halangan. Mereka menyiasatinya dengan pintar-pintar mengatur biaya hidup.

3. Cinta Sejati Selalu Butuh Pengorbanan

Ainun tetap sabar dan setia mendampingi Habibie di masa-masa sulitnya. Bahkan demi penghematan, saat mengandung, Ainun menjahit sendiri keperluan baju bayinya. Ainun juga menjadi sosok ibu yang sangat bertanggung jawab. Setelah kedua putranya Ilham Akbar Habibie dan Thareq Kemal Habibie lahir, Ainun berusaha keras membesarkannya keduanya dengan baik.

Sejak kecil, kedua putra Ainun dan Habibie dibiasakan hidup sederhana. Ainun memberikan jatah uang jajan yang pas per minggunya. Cara ini dipilih agar anaknya bisa belajar bertanggung jawab sekaligus bisa menanamkan pola hidup sederhana dalam kesehariannya.

Cinta sejati butuh pengorbanan [image source]
Cinta sejati butuh pengorbanan [image source]
Ainun sempat kembali bekerja sebagai dokter ketika Thareq berumur empat tahun. Namun, sebuah peristiwa membuat Ainun merenung dalam. Ketika berusia enam tahun, Thareq sakit keras. Lama Ainun berpikir, selama bekerja sebagai dokter ia selalu menghabiskan energi dan waktunya untuk merawat orang lain. Namun, di sisi lain ia alfa dalam merawat putranya sendiri. Pada akhirnya ia memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga. Ia curahkan semua cinta dan kasih sayangnya untuk kedua putra dan suami tercintanya. Apalagi saat itu karier Habibie makin membaik dan mulai menanjak tinggi.

Mungkin apa yang dilakukan Ainun seperti sebuah keputusan yang sangat disayangkan. Bagaimana ia bisa rela meninggalkan profesinya yang bergengsi dan jadi ibu rumah tangga? Namun, ketulusan cinta dan keikhlasan juga lah yang membuatnya memilih jalan yang bisa memberi kebahagiaan yang lebih besar untuk dirinya juga orang-orang yang dicintainya.

4. Cinta Sejati Itu Mendampingi

Ainun memang benar-benar sosok istri yang luar biasa. Ia selalu mendampingi Habibie dalam berbagai hal. Dalam masalah waktu kerja misalnya, Ainun selalu memantau dan mengingatkan Habibie. Ainun selalu jadi orang pertama yang mengingatkan Habibie agar tetap menjaga kesehatannya dan tak kerja melebihi batas.

Cinta Sejati Itu Mendampingi [image source]
Cinta Sejati Itu Mendampingi [image source]
Mantan Menteri Pendidikan di era Soeharto, Wardiman Djojonegoro pernah menceritakan sesuatu yang menarik tentang betapa perhatiannya Ainun pada Habibie. Ainun selalu memperhatikan makanan yang dikonsumsi suaminya itu. Dengan latar pendidikan juga profesinya dulu sebagai dokter, Ainun selalu berusaha menentukan asupan gizi yang tepat dan terbaik untuk Habibie. Sementara Habibie sebagai suami yang baik juga selalu menaati aturan makan yang ditetapkan Ainun, meski kadang ia juga sering lupa saat berpisah dengan Ainun. Ainun selalu ada dan mendampingi suaminya. Dalam keadaan suka maupun duka, dia selalu jadi sosok yang menenangkan dan menentramkan hati Habibie.

5. Cinta Sejati Juga Perlu Keikhlasan

“Saya dilahirkan untuk Ainun dan Ainun dilahirkan untuk saya.”
(B.J. Habibie)

Cinta bisa menyatukan dan menguatkan. Namun, di sisi lain cinta juga perlu melepaskan dan mengikhlaskan. Sejak Ainun masuk rumah sakit tanggal 24 Maret 2010, Habibie selalu berada di sisinya. Habibie pun selalu membantu dan menuntun istrinya untuk shalat. Cinta mereka begitu kuat, meski pada akhirnya maut yang harus memisahkan.

Cinta Sejati Juga Perlu Keikhlasan [image source]
Cinta Sejati Juga Perlu Keikhlasan [image source]
Kepergian Ainun untuk selama-lamanya membuat Habibie sangat terpukul. Bahkan Habibie sempat didiagnosis terkena psychosomatic malignant karena kesedihan yang mendalam setelah wafatnya sang istri tercinta. Agar kesehatannya kembali stabil, Habibie pun mulai menulis sebagai bagian dari terapinya.

Pada akhirnya cinta sejati juga mengajarkan kita untuk merelakan dan mengikhlaskan. Meski raga sudah tak bernyawa, tapi perasaan cinta itu akan selalu ada. Kenangan dan kebahagiaan yang pernah ada juga tak akan pupus begitu saja. Semoga kita semua bisa menemukan dan hidup bahagia dengan cinta sejati kita.

Written by Endah Boom

Leave a Reply

4 Ramuan Cinta Zaman Dulu Ini Justru Akan Membuatmu Merasa Jijik

5 Hal Tak Biasa ini Nyatanya Bisa Diboyong Pakai UANG!