Nama Teuku Markam mungkin tidak pernah seterkenal Teuku Umar atau Cut Nyak Dien. Tapi, sosok pembesar Aceh itu juga layak dikatakan sebagai pahlawan meskipun tak pernah menghunuskan rencongnya ke muka serdadu Belanda. Ya, Markam berjuang setelah Indonesia merdeka. Bukan untuk menebas pemberontakan atau kembalinya para kompeni laknat, tapi memperbaiki ekonomi Indonesia yang ketika itu rusak parah.
Pria ini memang jebolan militer, tapi perjuangannya sama sekali jauh dari area itu. Markam berjuang melalui hartanya yang berlimpah dan sumbangsihnya benar-benar sangat bermanfaat bagi bangsa. Bung Karno sendiri sangat berterima kasih atas apa yang telah dilakukannya. Sayangnya, meskipun berjuang sedemikian keras bagi Indonesia, pada akhirnya Markam justru terhina oleh bangsanya sendiri.
Lebih jauh tentang Teuku Markam, berikut adalah fakta-fakta unik tentang sosok satu ini yang mungkin belum pernah kamu ketahui.
1. Teuku Markam Pernah Jadi Orang Terkaya Se-Indonesia
Di masa-masa Awal kemerdekaan, tak banyak orang Indonesia kepikiran untuk menggeluti bisnis sebagai profesi. Kebanyakan orang masih cenderung pasif untuk masalah ekonomi. Di masa seperti inilah kemudian seorang pria bernama Teuku Markam muncul. Ia bergelut dengan banyak bisnis hingga akhirnya menjadi saudagar yang sukses.
Berbagai bisnis ditelateni Markam mulai dari ekspor impor, besi beton, sampai plat-plat baja. Dengan segala macam bisnis ini tak heran akhirnya ia menjadi sangat kaya. Jumlah kekayaannya sendiri kala itu benar-benar luar biasa. Sampai-sampai julukan orang terkaya se Indonesia pernah disandangnya. Meskipun punya kekayaan yang tak karuan, nyatanya Markam tak pernah menghabiskannya sendiri.
2. Menyumbang 38 Kilogram Emas Untuk Monas
Jujur saja, jika ada hal yang paling menarik dari Monas, hal tersebut sudah jelas adalah 38 kilogram emas yang ada di puncaknya. Selama puluhan tahun orang-orang dibuat terheran-heran dengan ini. Bahkan pertanyaan seperti siapa yang memprakarsai juga kerap muncul. Ya, untuk menjawab semua kekaguman dan pertanyaan tersebut hanya butuh satu nama saja, Teuku Markam.
Memang tak pernah ada dokumentasi atau apa pun, tapi banyak yang meyakini jika Markam lah yang menyumbang 38 kilogram emas itu. Sebenarnya tak hanya itu saja jasa sang tokoh Aceh ini. Ia juga sering disangkut-pautkan sebagai salah satu sosok yang ikut andil membebaskan lahan Senayan untuk menjadi pusat olah raga.
3. Dikhianati Dengan Dituduh PKI
Tak hanya Monas dan Senayan, ada begitu banyak jasa Markam bagi Indonesia. Tak banyak yang tahu kalau ia sangat pontang panting demi negara. Termasuk sebagai investor utama KTT Asia Afrika yang dari forum ini kemudian merdekalah negara-negara terjajah di dua benua itu. Sangat besar jasanya, tapi pada akhirnya ia tak dianggap apa pun oleh negara.
Pada pemerintahan Soekarno ia begitu dihormati, tapi tidak saat Soeharto yang memimpin. Tanpa alasan yang jelas, Markam langsung diciduk dan dipenjara. Ia dituduh terlibat aktif dalam pemberontakan PKI serta dianggap Sukarnois garis keras. Markam dipenjara tahun 1966 tanpa proses peradilan yang jelas.
4. Raga Dipenjara, Harta Dijarah
Penderitaan Markam bukan hanya ketika ia difitnah kemudian dipenjara. Ada satu lagi kezaliman yang menimpa padanya dan dilakukan oleh pemerintah Soeharto. Ya, hal tersebut tak lain adalah diakusisinya semua properti dan harta Markam menjadi milik negara.
Kantor, tanah-tanah, bisnis, dan apapun yang jadi milik Markam, diambil oleh pemerintah. Yang lebih miris, tak sedikitpun hartanya yang disisakan untuk keluarga dan anak-anaknya. Alhasil, hidup sanak keluarga saudara kaya ini terlunta-lunta padahal sebelumnya sangat berkecukupan. Setelah Markam keluar di tahun 1974, ia dan keluarganya juga masih kesusahan untuk mengklaim hartanya lagi.
5. Nama Markam Tetap Belum Bersih
Bebas dari penjara bukan menjadi hal yang benar-benar bagus bagi Markam. Ia masih sering mendapatkan pandangan menghina orang-orang karena dianggap sebagai antek PKI. Padahal Markam jelas berjuang keras untuk bangsa ini, juga untuk orang-orang yang memandangnya sinis itu.
Yang disesalkan Markam dan keluarganya adalah namanya yang tak kunjung dibersihkan. Bahkan ketika kekuasaan Orde baru tamat, ia juga tak mendapatkan namanya direhabilitasi. Alhasil, sampai tua Markam tetap dianggap pengkhianat. Padahal apa yang dilakukannya bagi bangsa ini benar-benar besar.
Miris kalau mendengar kisah sosok satu ini. Ia berjuang bagi negara, tapi malah mendapatkan perlakuan sangat tidak menyenangkan ini. Markam sendiri mungkin tak pernah bilang dia menyesal, tapi jauh dalam hatinya sosok satu itu pasti berkata jika seperti ini jadinya, maka tak pernah sudi dirinya membantu Indonesia.